Wednesday, November 2, 2022

Alone, not Lonely

23 October 2022 marked my first year of living by myself in my own tiny apartment. Hurray!

Jadi gimana rasanya tinggal sendirian? Well... it takes some getting used to, but I survived. 3-4 bulan pertama masih sibuk beli-beli barang yang belum lengkap, masih sibuk beberes karena mendadak pinggiran jendela bocor lah, nat keramik pada lepas lah, adaaaaa aja. Tapi setelah itu semua beres, ya sudah, jadi betah di rumah dan suka males keluar kecuali ada urusan atau ada yang mau di beli 😊 Eh tapi banyak mengandalkan belanja online juga deng LOL

Ini penampakan jalan masuk apartment di bulai Mei 2021, belum semua unitnya siap untuk ditempati.

Disinilah ketemuan sama marketing person-nya sebelum diajak lihat-lihat keliling.

Apa yang bikin betah? Salah satunya adalah karena punya tipi! πŸ˜‚Iya sodara-sodara, udah lama banget gak punya tipi waktu di rumah yang lama karena berbagai alasan. Saat fit-out apartment dan menjelang pindah, cari-cari TV ke toko elektronik. Tadinya sempat mikir mau beli yang 36" aja, toh saya juga gak suka nonton lama-lama. Tapi pas cek harga, lihat barang, loh kok harganya gak beda jauh sama yang 42" ya? Ya sudahlah, beli yang 42" aja. Pas di pasang di apartment, reaksi pertama adalah: "Ha! Gede amat!" Apalagi apartment saya cuma ukuran studio. Tapi lama-lama jadi menikmati... karena bisa jelas baca subtitle yah karena selama ini nontonnya di HP 😝

Hal kedua yang bikin betah adalah, punya water heater! Bisa mandi air panas tiap pagi, termasuk kalo lagi capeeeeek dan pulang kantor pinginnya buru-buru istirahat, gak perlu nunggu-nunggu masak air di kompor dulu πŸ˜‰Tinggal buka baju, masuk kamar mandi, buka keran, legaaaaaa rasanya LOL Beneran loh, dulu kalau lagi sakit, kadang gak sabar nunggu masak air saya ambil air panas dari dispenser! πŸ˜‚πŸ˜‚ Daaaan, saya bisa berenang kapan aja saya mau. Kolam renangnya emang gak terlalu besar sih, tapi cukup buat saya yang gaya berenangnya yang penting maju aje hahaha Awal tinggal disana suka kesal, karena sering rame dengan anak-anak, tapi akhirnya tahu juga waktu dan jam yang pas. Kalau akhir pekan saya lebih sering berenang pagi, antara jam 7-8am.. jam paling rame itu jam 10 - 2pm. Setelah itu sepi karena bocil-bocilnya bobo ciang, mulai rame lagi jam 4pm onwards. Kalau bisa pulang kerja lebih cepat, saya kadang berenang jam 6.30pm... cuma kalau jam segini gak bisa lama-lama nongkrong di pinggir kolam yah, dingin πŸ˜₯

Penampakan area swimming pool dari show unit di lantai 5, bukan dari unit saya :)

Oh iya, did I mention about the mini park with some cute animals? 6 bulan pertama saya senang kesana walaupun banyak nyamuk, kadang olahraga Sabtu pagi, jalan-jalan aja sambil liatin love birds dan maksa mereka bersuara LOL Tapi lalu pekerjaan stasiun LRT berlanjut dan jalan menuju taman jadi becek, banyak beton-beton bangunan, dan banyak pekerja konstruksi berkeliaran! Jadi sudah 6 bulan saya gak jalan-jalan ke situ. Mungkin nanti kalau stasiun LRT sudah selesai, tamannya jadi rapi lagi. Nah, inilah alasan utama saya memilih apartment ini, stasiun LRT!! Yes, apartment ini bagian dari proyek besarnya Adhi Karya, LRT City. Kalau LRT sudah beroperasi, saya bisa ngantor naik LRT... gak macet berjam-jam di jalan lagi, gak nangis kalo hujan dan stuck di jalanan sampai 3 jam (kebelet p**is pula!), dan kalau telat bangun tidur rasanya telatnya pun masih bisa di tolerir karena udah jelas durasi perjalanan dari apartment ke kantor 😜 Bantu doa ya supaya LRT bisa cepat selesai dan ber-operasi supaya saya bisa bangun siangan tiap hari... ROFL

Love Birds nya banyak loh!

Iguana besarnya ada 2, tapi yang 1 lagi selalu musti dicari baru keliatan. Yang ini hobi nangkring disini sih kayanya LOL

Yang paling bikin budek kalo kesini.

Lalu semuanya baik-baik aja gitu selama tinggal di apartment? Nggak juga... Mengalami 2x menegur penghuni lain (unit persis di sebelah dan persis di atas unit saya) karena fit-out unit di luar jam yang ditentukan pengelola. Ini cukup seru sih, karena penghuni lain sekitar saya itu sebenarnya juga merasa terganggu, tapi cuma berani lapor security aja. Security juga menegor penghuni tersebut ya seadanya, maklumlah kita punya budaya sungkan ya. Apalagi penghuni sendiri... gak enak kan mau menegor. Perlu di ceritain gak nih? Cerita aja ya... pingin cerita sih πŸ˜‚πŸ˜‚

Kasus menegor pertama: Unit persis diatas saya. Jadi sudah hampir 2 minggu unit tersebut berisik nya bukan main... kita maklumi lah, namanya juga fit-out. Tapi lalu di luar jam operasional pun masih berisik. Saya sempat mengadu ke TR (Tenant Relations) beberapa kali. Sempat anteng, tapi lalu berlanjut. Tibalah di satu akhir pekan dimana saya kebetulan memang gak ada acara apa-apa, tapi sangat perlu istirahat karena kurang tidur. Peraturan fit-out adalah Senin - Jumat sampai Pk. 17.00 sedangkan Sabtu sampai Pk. 14.00, Minggu tidak diperbolehkan ada pekerjaan apapun. Sampai jam 3 sore masih ribut dak duk dak duk (sepertinya renov kamar mandi). Saya komplen, 30 menit kemudian di info, bahwa pekerjaan ini diperlukan, minta ijin sebentar. Saya bilang OK, saya kasih waktu sampai jam 5 sore. Eh ndilalah, sampai jam 7.30 malam masih berisik! Akhirnya saya turun ke lobby saking kesalnya dan langsung lapor ke security. Of course mereka gak enak kan, dan bilang akan info ke penghuni di atas. Tapi saya sudah emosi, saya bilang: "Nggak mau! Bapak sekarang juga temanin saya ke atas, karena dari siang sudah cape saya komplen!"

Sampai lantai atas, awalnya security pura-pura bego: "Bu, kayanya gak ada yang kerja deh." sambil celingak celinguk. Lucky me, di depan pintu unit yang (harusnya) letaknya persis di atas saya, ada sepasang sandal jepit buluk parkir. Ha! Berarti ada tukang di dalam, masa itu sendal tenant nya? Kita pun berjalan ke depan unit daaaaaan kedengeran dong dari luar bunyi getokan-getokan keras! Security mukanya udah malu... langsung saya ketok pintunya. Ketokan pertama, bunyi berisik berhenti, tapi gak ada yang bukain pintu. Saya ketok lagi lebih keras, akhirnya di buka sedikit pintunya sama cowok bercelana pendek. Langsung saya semprot tanpa tedeng aling-aling! Dengan sopan tentunya, gak teriak-teriak ya, tapi saya tegaskan Anda sudah mengganggu dan bekerja di luar jam yang ditentukan, sudah ditegur tapi tidak mau berhenti. Lalu dia dengan santai bilang: "Iya iya ini udah mau kelar kok!" Saya balas: "Gak bisa, berhenti sekarang! Saya gak mau nunggu kelar! Sekarang juga!" Setelah dia tutup pintu, saya masih tungguin di depan pintunya... saya mau pastikan tukangnya benar-benar berhenti kerja. Akhirnya sukses saya tidur dengan tenang malam itu 😁 Eh tapi pernah juga dia sempat berisik lagi malam2 di atas kamar mandi... saya udah males komplen, saya ambil tongkat kain pel dan saya gedor keceng plafon kamar mandi. Kaget kali dia ya, langsung anteng LOL

Kasus menegor kedua: Unitnya persis di sebelah kanan saya. Jumat malam sampai jam 11pm masih berisik... saya pun keluar unit dan menegor. Rupanya lagi pasang furniture. Saya bilang saya terganggu dan ini sudah di luar jam fit-out. Mungkin karena memang sudah larut, dia jadi sadar kalau dia salah. Sekitar 10 menit kemudian gak terdengar suara lagi. Tapi hari Sabtunya, dari pagi sudah berisik sampai jam 4 sore gak kelar. Dan banyak tukang yang keluar masuk, sehingga selasar lantai kami jadi kotor. Saya ketok lagi, cowok yang sama keluar... Early 20s, kulit putih, rambut model talang air, pakai celana pendek kedodoran. Saya tegur lalu dia menjawab dengan bahasa Inggris: "Show me the rules!" Beuh, ngajak berantem ni anak. Saya jawab: "Then you may check with TR downstairs if you don't believe me." Eh belon kelar, dia jawab lagi: "You're the one who complains, then you should show me the rules!" Eaaaaaa, untungnya karena sering komplen TR pernah WA saya aturan fit-out, saya balik ke unit, ambil HP, buka WA, tunjukkin aturannya di depan muka si bocah! Langsung mingkem. Eh aneh juga, semalem saya komplen dia pake bahasa Indonesia kenape sekarang jadi bule? πŸ˜…πŸ˜ Gantian tukangnya yang belain: "Saya udah dapet ijin kok dari TR, boleh kerja!" Gak pake nunggu 2 detik saya tanya dengan santai: "Oh ya, siapa namanya yang kasih ijin? Saya langsung turun sekarang samperin ke bawah untuk cek dan komplen kenapa dapat ijin di luar jam kerja?" Mingkem lagi. Dengan demikian, berakhir lah drama komplen ke tetangga.

Ngomong-ngomong soal tetangga, ada penghuni yang berinisiatif untuk bikin WAG. Kebetulan orangnya tinggal di unit persis depan saya. Rupanya kalau ketemu penghuni lain di elevator atau di taman, dia suka minta nomor telepon dan di add ke group. Kadang-kadang bisa seru juga sih, saling bertukar tips soal peralatan di apartment sampai rekomendasi pembersih/service AC, masang mesin cuci, transport alternatif ke kantor. Problem paling besar adalah masalah air mineral galon dan tabung gas. Di apartment memang ada yang jual air mineral galon, tapi gak jelas kapan ada dan gak ada orangnya! πŸ˜‚ Jadi ada yang ke pasar dekat apartment, ada yang ke In**maret Klik (walaupun pada kesal minimal belanja 50ribu), ada yang galon sekali pakai brand Le Mi***al pesan di Ast*o... sampai sekarang belum ada sih solusi yang lebih baik dari In**maret Klik nampaknya. Saya sendiri kadang bawa galon kosong + troli di mobil, kalo pas lewat tempat yang jual ya turun dan beli aja. Sedangkan urusan gas, saya gak nyimak, karena tidak pakai kompor gas di unit πŸ˜…

Satu tahun itu beneran gak terlalu terasa loh setelah di jalani. Apalagi disertai excitement mengatur my own space in my own pace. Awalnya saya pikir bisa gak sih tinggal sendiri? Bukan takut, bukan sama sekali... tapi saya terlalu terbiasa mendengar suara orang lain disekitar saya setiap saat. Seperti kata pepatah, bisa karena biasa. Akhirnya terbiasa juga hidup sendiri. Alone, but not lonely. Karena adik dan adik ipar pun masih suka berkunjung (apartmentnya cuma 15 menit dari rumah), ada yang nginep sesekali, kalau mau naik juga suka ngobrol dengan Bapak-bapak Security di lobby yang (hampir) selalu memanggil saya dengan nama bukan hanya "Bu" atau "Mbak". Mereka baik loh, pertama kali token listrik habis ada yang naik bantu ngajarin saya cara mengisi token listrik πŸ˜‚maklum yah, di rumah lama masih meteran belum menggunakan token.

Well, cheers to my first year of living alone and years to come 🍷🍻

Friday, March 25, 2022

JAPAN TRIP 2019: Kyoto dan sekitarnya



Minggu, 13 Oktober 2019

Setelah drama kabur dari Nagoya hari sebelumnya, seisi rumah bangun cukup pagi karena sudah kebanyakan tidur LOL Kami cukup excited melihat ramalah cuaca hari ini dan cerahnya langit saat melongok keluar jendela. Jadi setelah mandi dan sarapan bareng kami pun langsung capcus menuju Kyoto Station dimana Mrs G & Mr H akan bergabung. 

Target perjalanan kami hari ini semua berada dalam 1 area yang bisa di jangkau dengan berjalan kaki (walaupun jadi berkilo-kilo sampai kaki kencang). Tujuan kami adalah: Kiyomizudera - turun melalui Ninenzaka/Sannenzaka menuju Higashiyama - jalan lurus menuju Yasaka Shrine - rest stop dan late lunch di Maruyama Park - terakhir menyeberang ke Gion. Berhubung saya sudah pernah menjalani rute ini sebelumnya, saya tidak banyak berfoto atau mengambil foto. Tapi saya cukup kaget melihat banyaknya perubahan dari daerah ini. Semakin banyak tempat komersial sehingga cukup padat, tapi keramaiannya masih tetap sama :) 

Dari Kyoto Station kami cukup naik bus 1 kali nomor 100 atau 206 dan bisa berhenti di halte Gojo-zaka atau Kiyomizu-michi. Dari halte bus, kira-kira jalanan menanjak sekitar 10 menit (normalnya, tapi karena kami orang Indonesia yang jarang jalan kaki jadi hampir 20 menit, apalagi di tambah berhenti di toko-toko yang jual souvenir πŸ˜‚). Sampai di pintu gerbang, kami berpencar dan saya memilih bersantai minum orange juice di sebuah kedai. Bolehlah saya masukkan foto dari perjalanan sebelumnya ya biar bisa lihat kaya apa Kiyomizudera dan sekitarnya.

Kiyomizudera adalah salah satu kuil yang paling ramai di Jepang dan ditambahkan ke dalam daftar UNESCO World Heritage Site pada tahun 1994. Kuil tersebut terkenal dengan struktur kayunya yang dibangun tanpa menggunakan paku. Pemandangan dari atas deck-nya pun sangat bagus terlebih lagi saat perayaan illumination yang biasanya jatuh di tengah-tengah musim gugur. Saat mulai gelap lampu-lampu menyoroti pepohanan sekitar kuil yang sudah berubah warna menjadi kuning/merah.

Maret 2012. Beginilah gerbang masuknya, gak pernah sepi, mungkin kalau datang jam 7 pagi baru bisa foto sendiri, tapi belum bisa masuk LOL

Detail ornamen pada atap. (2012)

Pemandangan yang selalu berubah sesuai musim nya. Kalau musim semi biasanya cakep dengan daun-daun yang mulai menguning/memerah. (2012)

Setelah menghabiskan 1 gelas minuman dingin dan belum ada tanda-tanda akan berkumpul saya pun berjalan turun ke deretan toko-toko yang ada di bawah. Tujuan saya cukup jelas, mau beli gelang beads yang sama persis dengan yang saya beli saat berkunjung di tahun 2014. Saat itu saya membeli sepasang namun 1 gelang tersebut putus dalam perjalanan ke Singapore di bulan Juni 2019, sedangkan sisanya saya lihat nampaknya akan mudah putus juga karet di dalamnya. Entah kenapa saya sayang sekali gelang itu walaupun harganya murah hanya JPY 100/buah, jadi pingin beli yang sama persis. Saya menyurusi jalan perlahan-lahan sambil berharap toko itu masih ada. Ketemu! Bahkan harganya pun masih sama 😭 Serasa menemukan harta karun, saya girang banget dan gelangnya langsung dipakai.

Setelah mendapatkan gelang, saya turun lagi kebawah untuk menuju toko Yojiya, mau membeli refill face mist-nya. Passsss banget dalam perjalanan itu isi botol tinggal setengah. Kebetulan teman-teman mulai WA mau berkumpul kembali. Akhirnya saya kasih petunjuk untuk bertemu di Yojiya, sekalian saja karena tokonya dekat dengan Ninenzaka Sannenzaka. Seperti biasa, tangga ini gak pernah sepi sama orang naik-turun, tapi terus terang dibandingkan saat saya berkunjung di tahun 2012 dan 2014, pengunjung di tahun 2019 jauh lebih ramai! Jadi akhirnya agak malas juga mau jalan santai.

Tahun 2012, termasuk sepi sih ini.

Salah satu "tempat baru" yang ramai di kunjungi orang di daerah ini apalagi kalau bukan gerai kopi Starbucks! Kenapa bisa rame? Karena tempatnya menggunakan rumah lama yang masih tradisional, bahkan tempat duduknya pun lesehan. Sebelum berangkat, kayanya beberapa dari kita cukup excited mau ngopi disini. Tapi setelah sampai disana dan lihat harus antri segala, pada akhirnya cuma saya sendiri yang masuk dan beli kopi, walapun akhirnya take-away πŸ˜… Dan apakah sebagus itu? Well, relatif ya... Memang bagus sih, tapi sempit! 

Beginilah penampakkannya. Jadi gak susah nyari emang, saat jalan turun ke bawah pasti langsung kelihatan logonya.

Jadi saat kita masuk, kita harus melewati taman kecil dan antri. Area antrian di kasih pembatas supaya tertib. Setelah pesan kita langsung berjalan melalui sebuah selasar untuk menuju tempat pick-up pesanan kita. Tempat pesan dan pick-up di pisah.


Ini tempat pick-up nya. Kecil kaaaan? Tapi lumayan deh sambil nunggu bisa lihat taman di belakang πŸ˜€

Setelah ambil minuman kita gak bisa keluar dari jalan yang sama seperti kita masuk. Kita harus naik tangga dulu ke lantai atas, nah di atas lah tempat duduk-duduk sambil minum! Kalo kita gak minum di tempat, maka kita harus terus melewati area tersebut ke ujung satunya lagi menuju ke... tangga turun! Sampai di bawah sudah dekat pintu keluar, ya udah tinggal keluar aja LOL Jadi ya memang take-away aja ribet ya. Saya memang tidak mengambil gambar di lantai 2 karena saat itu cukup ramai dan padat. Rasanya gak enak mengambil gambar orang yang gak dikenal dalam jarak dekat hahaha

Namun saya senang sekali, kali toko favorit saya masih ada. Toko apa itu? Toko yang menjual merchandise dari film-film animasi Ghibli! Cari toko juga gampang sekali, karena ada boneka Totoro di depannya dan sederetan patung-patung jizo.

Saya ingat peluk-peluk boneka ini rasanya pingin bawa pulang hahaha (2012)

Ini patung Jizo besar. (2012)

Kalau ini taman di belakang toko. Magical ya! Serasa di negeri Ghibli!

Yang pernah ke Jepang mungkin cukup familiar dengan patung Jizo, apalagi yang suka mengunjungi kuil. Biasanya berderet di sepanjang jalan menuju kuil. Patung ini dibuat dari image Jizo Bosatsu yang konon dewa pelindung anak-anak dan traveller. Saya suka sekali memandangi patung Jizo karena rupanya yang friendly. Selain mampir toko Ghibli, kami mampir beli Korokke yang harganya gak berubah sejak pertama saya kesana, JPY 200/buah. Dan as always, gak cukup makan 1, musti beli 2 πŸ˜‚

Sesungguhnya saat itu semua udah mulai kelaperan karena memang udah lewat jam makan. Tapi dari sekian banyak restoran yang ada di area ini entah kenapa semua gak ada yang bisa sepakat mau makan disana. Kecuali Mr. H & Mrs. G yang memutuskan lunch disekitar situ, akhirnya kami semua lanjut berjalan. Saya ingat ada resto kecil yang makanannya enak di Maruyama Park. Kami masih sempat beli cemilan di toko snacks di Higashiyama. Sayangnya, snacks kesayangan yang 2x saya beli disitu sebelumnya saat itu gak ada, hiks... Dan akhirnya begitu tiba di Maruyama Park saya agak-agak ngarep bahwa resto yang pernah saya kunjungi masih ada (mengingat banyak perubahan di tempat lain, nanti diceritain lagi) karena kalau gak ada kasian dong yang lain bisa sakit maag! Ternyata... masih ada!!! Karena saya udah kebanyakan beli cemilan di sepanjang jalan, saya keburu kenyang. Tapi karena cape jalan, saya akhirnya jadi pesen kakigouri dan duduk sambil selonjoran sementara yang lain makan di dalam kedai kecil tersebut.

Asli, Kakigouri ini enak banget! Segar!

Kelihatan gak ada burung bangau di atas batu di tengah-tengah situ? Sebenarnya ada satu lagi tapi gak kefoto.

Ada Mallard / Wild Duck juga... kalo liat aslinya lebih cakep loh!

Sebenernya sih pingin banget yah explore Maruyama Park, naik terus ke atas, tapi tiap sampe situ selalu kondisinya udah cape πŸ˜… jadi akhirnya langsung lanjut menuju ke Yasaka Shrine. Sesungguhnya menurut saya gak ada yang special juga dari tempat ini, tapi kebetulan begitu keluar dan nyeberang jalan kita sudah sampai di Gion. Saat kami sampai tempat ini cukup crowded tapi kami beruntung sekali karena saat itu sedang ada pernikahan di kuil dengan adat shinto! Wah, saya excited banget bisa lihat iring-iringan pendeta shinto, miko dan tentunya pengantin yang pakai shiromuku 😍😍 




Saya sendiri udah cape banget sesungguhnya hahaha dan akhirnya disinipun gak lama ya. Kita rame-rame keluar bareng, foto-foto di pinggir jalan di seberang Gion. Eh, sempet juga sih jalan-jalan di sekitar Gion yang banyak berubah juga lorong-lorongnya. Sekitar jam 6 sore kita naik kereta kembali ke Kyoto St. dan setelah mondar-mandir cari makanan, sepakat makan di Sukiya. Dan malam itu semua tidur dengan nyenyak karena cape seharian jalan berkilo-kilo meter.

Herannya, walaupun sudah beberapa kali kesini kenapa belum bosen ya? πŸ˜