Friday, March 25, 2022

JAPAN TRIP 2019: Kyoto dan sekitarnya



Minggu, 13 Oktober 2019

Setelah drama kabur dari Nagoya hari sebelumnya, seisi rumah bangun cukup pagi karena sudah kebanyakan tidur LOL Kami cukup excited melihat ramalah cuaca hari ini dan cerahnya langit saat melongok keluar jendela. Jadi setelah mandi dan sarapan bareng kami pun langsung capcus menuju Kyoto Station dimana Mrs G & Mr H akan bergabung. 

Target perjalanan kami hari ini semua berada dalam 1 area yang bisa di jangkau dengan berjalan kaki (walaupun jadi berkilo-kilo sampai kaki kencang). Tujuan kami adalah: Kiyomizudera - turun melalui Ninenzaka/Sannenzaka menuju Higashiyama - jalan lurus menuju Yasaka Shrine - rest stop dan late lunch di Maruyama Park - terakhir menyeberang ke Gion. Berhubung saya sudah pernah menjalani rute ini sebelumnya, saya tidak banyak berfoto atau mengambil foto. Tapi saya cukup kaget melihat banyaknya perubahan dari daerah ini. Semakin banyak tempat komersial sehingga cukup padat, tapi keramaiannya masih tetap sama :) 

Dari Kyoto Station kami cukup naik bus 1 kali nomor 100 atau 206 dan bisa berhenti di halte Gojo-zaka atau Kiyomizu-michi. Dari halte bus, kira-kira jalanan menanjak sekitar 10 menit (normalnya, tapi karena kami orang Indonesia yang jarang jalan kaki jadi hampir 20 menit, apalagi di tambah berhenti di toko-toko yang jual souvenir 😂). Sampai di pintu gerbang, kami berpencar dan saya memilih bersantai minum orange juice di sebuah kedai. Bolehlah saya masukkan foto dari perjalanan sebelumnya ya biar bisa lihat kaya apa Kiyomizudera dan sekitarnya.

Kiyomizudera adalah salah satu kuil yang paling ramai di Jepang dan ditambahkan ke dalam daftar UNESCO World Heritage Site pada tahun 1994. Kuil tersebut terkenal dengan struktur kayunya yang dibangun tanpa menggunakan paku. Pemandangan dari atas deck-nya pun sangat bagus terlebih lagi saat perayaan illumination yang biasanya jatuh di tengah-tengah musim gugur. Saat mulai gelap lampu-lampu menyoroti pepohanan sekitar kuil yang sudah berubah warna menjadi kuning/merah.

Maret 2012. Beginilah gerbang masuknya, gak pernah sepi, mungkin kalau datang jam 7 pagi baru bisa foto sendiri, tapi belum bisa masuk LOL

Detail ornamen pada atap. (2012)

Pemandangan yang selalu berubah sesuai musim nya. Kalau musim semi biasanya cakep dengan daun-daun yang mulai menguning/memerah. (2012)

Setelah menghabiskan 1 gelas minuman dingin dan belum ada tanda-tanda akan berkumpul saya pun berjalan turun ke deretan toko-toko yang ada di bawah. Tujuan saya cukup jelas, mau beli gelang beads yang sama persis dengan yang saya beli saat berkunjung di tahun 2014. Saat itu saya membeli sepasang namun 1 gelang tersebut putus dalam perjalanan ke Singapore di bulan Juni 2019, sedangkan sisanya saya lihat nampaknya akan mudah putus juga karet di dalamnya. Entah kenapa saya sayang sekali gelang itu walaupun harganya murah hanya JPY 100/buah, jadi pingin beli yang sama persis. Saya menyurusi jalan perlahan-lahan sambil berharap toko itu masih ada. Ketemu! Bahkan harganya pun masih sama 😭 Serasa menemukan harta karun, saya girang banget dan gelangnya langsung dipakai.

Setelah mendapatkan gelang, saya turun lagi kebawah untuk menuju toko Yojiya, mau membeli refill face mist-nya. Passsss banget dalam perjalanan itu isi botol tinggal setengah. Kebetulan teman-teman mulai WA mau berkumpul kembali. Akhirnya saya kasih petunjuk untuk bertemu di Yojiya, sekalian saja karena tokonya dekat dengan Ninenzaka Sannenzaka. Seperti biasa, tangga ini gak pernah sepi sama orang naik-turun, tapi terus terang dibandingkan saat saya berkunjung di tahun 2012 dan 2014, pengunjung di tahun 2019 jauh lebih ramai! Jadi akhirnya agak malas juga mau jalan santai.

Tahun 2012, termasuk sepi sih ini.

Salah satu "tempat baru" yang ramai di kunjungi orang di daerah ini apalagi kalau bukan gerai kopi Starbucks! Kenapa bisa rame? Karena tempatnya menggunakan rumah lama yang masih tradisional, bahkan tempat duduknya pun lesehan. Sebelum berangkat, kayanya beberapa dari kita cukup excited mau ngopi disini. Tapi setelah sampai disana dan lihat harus antri segala, pada akhirnya cuma saya sendiri yang masuk dan beli kopi, walapun akhirnya take-away 😅 Dan apakah sebagus itu? Well, relatif ya... Memang bagus sih, tapi sempit! 

Beginilah penampakkannya. Jadi gak susah nyari emang, saat jalan turun ke bawah pasti langsung kelihatan logonya.

Jadi saat kita masuk, kita harus melewati taman kecil dan antri. Area antrian di kasih pembatas supaya tertib. Setelah pesan kita langsung berjalan melalui sebuah selasar untuk menuju tempat pick-up pesanan kita. Tempat pesan dan pick-up di pisah.


Ini tempat pick-up nya. Kecil kaaaan? Tapi lumayan deh sambil nunggu bisa lihat taman di belakang 😀

Setelah ambil minuman kita gak bisa keluar dari jalan yang sama seperti kita masuk. Kita harus naik tangga dulu ke lantai atas, nah di atas lah tempat duduk-duduk sambil minum! Kalo kita gak minum di tempat, maka kita harus terus melewati area tersebut ke ujung satunya lagi menuju ke... tangga turun! Sampai di bawah sudah dekat pintu keluar, ya udah tinggal keluar aja LOL Jadi ya memang take-away aja ribet ya. Saya memang tidak mengambil gambar di lantai 2 karena saat itu cukup ramai dan padat. Rasanya gak enak mengambil gambar orang yang gak dikenal dalam jarak dekat hahaha

Namun saya senang sekali, kali toko favorit saya masih ada. Toko apa itu? Toko yang menjual merchandise dari film-film animasi Ghibli! Cari toko juga gampang sekali, karena ada boneka Totoro di depannya dan sederetan patung-patung jizo.

Saya ingat peluk-peluk boneka ini rasanya pingin bawa pulang hahaha (2012)

Ini patung Jizo besar. (2012)

Kalau ini taman di belakang toko. Magical ya! Serasa di negeri Ghibli!

Yang pernah ke Jepang mungkin cukup familiar dengan patung Jizo, apalagi yang suka mengunjungi kuil. Biasanya berderet di sepanjang jalan menuju kuil. Patung ini dibuat dari image Jizo Bosatsu yang konon dewa pelindung anak-anak dan traveller. Saya suka sekali memandangi patung Jizo karena rupanya yang friendly. Selain mampir toko Ghibli, kami mampir beli Korokke yang harganya gak berubah sejak pertama saya kesana, JPY 200/buah. Dan as always, gak cukup makan 1, musti beli 2 😂

Sesungguhnya saat itu semua udah mulai kelaperan karena memang udah lewat jam makan. Tapi dari sekian banyak restoran yang ada di area ini entah kenapa semua gak ada yang bisa sepakat mau makan disana. Kecuali Mr. H & Mrs. G yang memutuskan lunch disekitar situ, akhirnya kami semua lanjut berjalan. Saya ingat ada resto kecil yang makanannya enak di Maruyama Park. Kami masih sempat beli cemilan di toko snacks di Higashiyama. Sayangnya, snacks kesayangan yang 2x saya beli disitu sebelumnya saat itu gak ada, hiks... Dan akhirnya begitu tiba di Maruyama Park saya agak-agak ngarep bahwa resto yang pernah saya kunjungi masih ada (mengingat banyak perubahan di tempat lain, nanti diceritain lagi) karena kalau gak ada kasian dong yang lain bisa sakit maag! Ternyata... masih ada!!! Karena saya udah kebanyakan beli cemilan di sepanjang jalan, saya keburu kenyang. Tapi karena cape jalan, saya akhirnya jadi pesen kakigouri dan duduk sambil selonjoran sementara yang lain makan di dalam kedai kecil tersebut.

Asli, Kakigouri ini enak banget! Segar!

Kelihatan gak ada burung bangau di atas batu di tengah-tengah situ? Sebenarnya ada satu lagi tapi gak kefoto.

Ada Mallard / Wild Duck juga... kalo liat aslinya lebih cakep loh!

Sebenernya sih pingin banget yah explore Maruyama Park, naik terus ke atas, tapi tiap sampe situ selalu kondisinya udah cape 😅 jadi akhirnya langsung lanjut menuju ke Yasaka Shrine. Sesungguhnya menurut saya gak ada yang special juga dari tempat ini, tapi kebetulan begitu keluar dan nyeberang jalan kita sudah sampai di Gion. Saat kami sampai tempat ini cukup crowded tapi kami beruntung sekali karena saat itu sedang ada pernikahan di kuil dengan adat shinto! Wah, saya excited banget bisa lihat iring-iringan pendeta shinto, miko dan tentunya pengantin yang pakai shiromuku 😍😍 




Saya sendiri udah cape banget sesungguhnya hahaha dan akhirnya disinipun gak lama ya. Kita rame-rame keluar bareng, foto-foto di pinggir jalan di seberang Gion. Eh, sempet juga sih jalan-jalan di sekitar Gion yang banyak berubah juga lorong-lorongnya. Sekitar jam 6 sore kita naik kereta kembali ke Kyoto St. dan setelah mondar-mandir cari makanan, sepakat makan di Sukiya. Dan malam itu semua tidur dengan nyenyak karena cape seharian jalan berkilo-kilo meter.

Herannya, walaupun sudah beberapa kali kesini kenapa belum bosen ya? 😅


No comments: