Tuesday, February 9, 2021

JAPAN TRIP 2019: Rencana Perjalanan (tanpa typhoon)

Banyak yang suka tanya proses saya menyusun perjalanan, jadi kali ini sekalian saya buat kronologi nya. Oh iya, setiap perjalanan selain buat rencana perjalanan yang detail disertai budget, di akhir perjalanan saya selalu update apa saja yang meleset, kenapa, dan berapa total uang yang saya habiskan. Makanya walaupun perjalanan sudah lama, saya masih bisa cerita dengan detail karena tinggal buka file excel yang saya buat untuk setiap perjalanan. Iya, SETIAP perjalanan. Memang sampai segitunya sih saya. Kenapa harus begitu? Karena saya bukan orang kaya yang bisa jalan-jalan kapan aja saya mau. Saya harus menabung. Dan kalau gak punya perencanaan yang jelas, bisa kehabisan duit di negara orang. Saya juga bukan backpacker, saya koper-er (istilah ngarang sendiri) dan gak bisa tidur di sembarang tempat. Jadi selalu menghabiskan banyak waktu di perencanaan supaya nyaman, sesuai keuangan dan masih bisa jajan maupun makan enak 😇 Silakan di simak kalo kepo, kalo nggak kepo ya gapapa juga.


Perencanaan Awal

Di akhir tahun 2018 saya sudah bikin rencana untuk kembali ke Jepang. Dan kali ini ingin mengunjungi Shirakawa-go. Setelah cari info, sepertinya lebih mudah kesana via Nagoya, tapi terus terang gak banyak yang ingin dilihat di Nagoya. Setelah saya browsing kok kurang menarik? Lalu saya explore lagi bagaimana dengan Osaka & Kyoto walaupun saya sudah berulang kali kesana, ternyata masih banyak tempat yang belum saya kunjungi. Dan lagi-lagi kalau harus memilih tinggal di Osaka atau Kyoto, akhirnya saya kembali memilih Kyoto 😅 Dan sejak awal Om S, Tante N dan Tante I memang ingin bergabung. Di tambah lagi dengan putrinya Tante N - Miss J, dan teman baik saya Mrs G & Mr H. Total rombongan jadi 7 orang. Baiklah, tidak sebanyak perjalanan sebelumnya, let's go!


Pencarian Tiket

Yang paling penting, tiket. Setelah browse sebentar saya hanya punya 2 opsi untuk penerbangan yang menurut saya jam-nya cocok dan gak nyusahin. Yang saya cari alternatifnya seperti ini:

Jakarta - Osaka - Jakarta (Osaka - Kyoto - Osaka dengan bus atau kereta)
Jakarta - Nagoya - Jakarta

Saya selalu lebih suka redeye flight kalau ke Jepang, karena kalau sampai sudah kesorean atau malam pilihan kendaraan untuk menuju akomodasi lebih terbatas dan ramai. Tapi sayangnya penerbangan overnight hampir selalu lebih mahal dari penerbangan pagi. Ya sudah, tidak apa, peserta lain bilang yang penting murah 😁 Maka pilihan jatuh pada ANA (All Nippon Airways) atau SQ (Singapore Airlines). Untuk ANA, penerbangan dari Jakarta menuju Tokyo, lalu menyambung ke kota tujuan. Sedangkan dengan SQ tentu saja dari Jakarta menuju Singapore dan berlanjut dari sana.

Saya mengincar harga tiket promo dari SQ BCA Travel Fair di bulan Februari atau ANA x HSBC Travel Fair di bulan Maret. Begitu SQ BCA Travel Fair dimulai saya pun berkunjung di hari  pertama, Jumat 15 Feb 2019. Saya memilih datang setelah jam kerja karena memang gak berminat antri dari subuh demi cashback juga sih, makasih deh 😂 Pagi harinya teman saya Miss M mengirim pesan apakah saya jadi cari tiket untuk ke Jepang hari itu? Saya jawab iya... ternyata Miss M dan suaminya Mr S ingin bergabung dengan rombongan kami. Sempat kaget, walah jadi 9 orang lagi 😅 tapi ya sudah, toh 7 atau 9 orang buat saya sudah gak ngaruh. Miss M langsung kirim copy passport dan saya langsung mampir ke salah satu gerai travel agent yang tidak terlalu ramai di Travel Fair.

Setelah dicek penerbangan yang available, eh ternyata penerbangan seperti ini harganya sama saja dengan yang saya sebut di atas: Jakarta - Nagoya dan return Osaka (KIX) - Jakarta. Saya langsung info di WAG yang telah kami buat untuk perjalanan ini, semua setuju dan saya langsung beli 4 tiket untuk saya sendiri, Tante I, Miss M & Mr S. Sedangkan untuk Mrs G dan Mr H perjalanan pulangnya dari rute yang berbeda. Tante N beli sendiri untuk keluarganya karena dibawah kantornya ada travel agent yang bisa memberi harga travel fair. Harga tiket menjadi Rp 5.030.000. Pilihan yang tepat, karena di bulan Maret-nya sewaktu saya cek harga tiket travel fair ANA, harganya hampir Rp 7 juta! 😐 Urusan tiket ini menjadi berkat pertama kami sepanjang perjalanan, karena setelahnya Tuhan begitu baik memberikan kemudahan-kemudahan lainnya.

Sewaktu menentukan tanggal dan durasi perjalanan, sebenarnya saya sempat ragu-ragu juga apakah saya pergi di pertengahan bulan Oktober pilihan yang tepat mengingat pengalaman dengan Typhoon LAN di tahun 2017? Saya coba cari info di awal tahun 2019, dan kebanyakan bilang harusnya aman dan cuaca juga enak. Ok, mantaplah... tapi beberapa hari menjelang keberangkatan keluarlah berita tentang Typhoon Hagibis. Huaaaaaaaaa! Pegimaneeee??? 😭 Ada kemungkinan penerbangan di cancel, sampai 1 hari sebelum berangkat kami cek belum ada perubahan jadwal. Kami pasrah, kalau Tuhan mengijinkan pergi sesuai jadwal pasti Tuhan tolong juga. Capcusssss! Kami pun terbang di hari Rabu, 9 Oktober 2019 dengan penerbangan SQ967 Pk. 20.15 menuju Singapore untuk kemudian connecting dengan SQ672 menuju Nagoya.


Pencarian Akomodasi & Transport

Karena pegang tiket dengan tujuan yang jelas, saya mulai menyusun itinerary. Memang belum detail, tapi cukup untuk menentukan dimana sebaiknya kami tinggal dan berapa budgetnya. Dan seperti biasa, kalau pergi dengan jumlah peserta ganjil kesulitannya adalah mencari hotel yang punya kamar triple. Tidak sampai seminggu sejak beli tiket saya mendapatkan hotel yang ideal untuk kami tinggali selama 3 hari 2 malam di Nagoya, Hotel Wing International Nagoya. Lokasi nya hanya kurang dari 2km dari Nagoya Station, sehingga mudah bagi kami bila ingin bepergian. Dan ternyata dekat ke tempat-tempat makan dan belanja setelah lihat di peta. Untuk memaksimalkan diskon dari OTA maka semua booking kamar masing-masing, jadi semua dapat diskon 😂 Harga kamar twin yang saya dapat adalah Rp 1.127.314 untuk 2 malam. Masih di bawah budget, asikkk.

Lalu saya santai mencari akomodasi Kyoto. Disini saya hanya perlu mencari tempat untuk 7 orang karena rencananya Mrs G dan Mr H hanya 3 malam di Kyoto dan akan melanjutkan ke Tokyo jadi mereka mencari akomodasi sendiri. Akhirnya saya mendapatkan sebuah rumah 2 tingkat di daerah Shinmachi - Imadegawa. Memang lokasinya tidak terlalu dekat dengan Kyoto Station, tapi akses keretanya hanya 1 kali. Di akhir perjalanan, tempat ini benar-benar terasa seperti rumah sendiri! Dari semua perjalanan saya, ini tempat yang membuat saya paling nyaman dan enggan untuk ditinggalkan. 

Saya dan Miss M di depan rumah kenangan di Imadegawa - Kyoto

Nilai plus dari rumah yang saya pesan melalui airbnb ini:

* Host nya super baik hati dan helpful. Namanya Takashi, saking baiknya kita beliin pudding untuk dia dan ditinggalin di kulkas saat check-out 😂 Nanti ada ceritanya kebaikan-kebaikan Takashi.
* Tempatnya luas dan nyaman. Lantai 1 ada ruangan dengan 3 tempat tidur, pantry dan kamar mandi sendiri. Lantai 2 ada 1 kamar dengan 3 tempat tidur dan 1 ruangan tatami yang bisa memuat 3 orang. Lalu ada ruang makan/pantry dan 1 kamar mandi. Semua perlengkapan makan lengkap termasuk kulkas, microwave dan kettle.
* Ini yang paling menyenangkan: selain ada mesin cuci, ada dryer juga! Jadi gak pusing soal njemur cucian di cuaca dingin! Biasanya saat bangun pagi kami cuci baju sebelum mandi. Saat mau pergi hasil cucian masukin dryer dan saat kami pulang sudah kering tinggal dilipat 😍
* Ada banyak tempat makan yang pada akhirnya gak sempat kami cobain juga hihi Dan persis di sebelah kami alias tetangga adalah kedai tempura. Hampir setiap pagi kami beli tempura untuk sarapan, pastinya saya puas-puasin makan tempura labu dong yah. Seperti Mr H sempat bilang: "Jauh-jauh ke Kyoto sebelahnya tukang gorengan!" 😂😂 Dan disitu juga ada vending machine (kelihatan sedikit di foto).
* Selain beberapa convenience store, ada 2 supermarket juga yang sangat dekat dan jadi tempat kami beli makanan dan minuman setiap hari. Bahagia... 
* Oh iya, persis di depan rumah adalah sebuah kampus dari Doshiha University. Kenapa buat saya nilai plus? Karena pemandangan cukup 'segar' saat saya keluar rumah dan berjalan menuju stasiun kereta... lihat anak-anak kuliahan 😛 Bahkan di hari Minggu pagi, di depan gerbang ada 3 cowok yang sepertinya dari Klub Kendo berdiri pakai hakama warna biru tua, kyaaaaaaaa 😍😍 Saya berasa seperti jadi tokoh di komik! Hahaha

Tapi sayangnya, saking menikmati saya malah gak banyak foto-foto tempat ini loh! Beneran berasa rumah sendiri 😅 Saya mau ambil foto bagian dalamnya dari airbnb sepertinya tempat ini sudah tidak aktif, tidak bisa di buka lokasinya lagi. Semoga Takashi baik-baik saja.

Setelah urusan akomodasi beres, saya mulai mikir soal transportasi. Karena untuk menuju hotel dari Chubu Centrair International Airport tempat kami mendarat kami harus naik bus disambung dengan kereta. Sudah sempat mau booking airport bus menuju Nagoya Station, tapi ternyata baru bisa 1 bulan sebelumnya. Iseng-iseng saya coba cari alternatif untuk airport transfer tapi kok mahal ya? Saya masih belum bisa memutuskan sampai sekitar bulan Juli saya terima notification ada promo wisata ke Jepang dari sebuah OTA. Promo berlaku untuk transport, hotel maupun tempat wisata. Voila! Saya bisa mendapatkan 2 buah mobil Alphard untuk membawa kami dari airport menuju hotel di Nagoya hanya dengan biaya Rp 331.770/orang! Setelah saya hitung-hitung hanya beda Rp 90ribu lebih banyak dari biaya airport bus + kereta yang saya dapat sebelumya. Gak mau rugi, saya buru-buru cek apakah bisa dapat airport transfer juga dari Kyoto Station menuju ke Kansai International Airport untuk kepulangan kami. Eh gak ada. Ya sudah, saya pikir naik bus dari Kyoto Station juga kan hanya sekali aja, gak pake ganti kendaraan. Seperti biasa, tiket baru bisa dibeli 1 bulan sebelumnya jadi saya juga santai.

Tapi berkat Tuhan ternyata belum berhenti disitu. Saya berencana membeli paket perjalanan Daytrip ke Shirakawa-go melalui Klook, dan paket baru tersedia di bulan September. Di saat yang sama Klook juga mengadakan "Japan Autumn Promo" dimana saya bisa mendapatkan diskon Rp 800ribu untuk paket wisata. Setelah beli paket wisata yang dimaksud, saya browsing dan lihat ada airport transfer dan sewa mobil juga. Saya masukkan tujuan dari Kyoto Station menuju Kansai International Airport daaaaan, ada sodara-sodara! Passss banget! Saya dapat HiAce yang cukup buat 7 penumpang di luar supir + tempat untuk bagasi! Kalau tanpa bagasi bisa muat 10 orang. Puji Tuhan, saya terharu banget waktu booking 😭 Harganya Rp 2.502.650, atau sekitar Rp 357.522/orang. Untuk perjalanan 2 jam, ini termasuk murah. Karena selain nyaman kami bisa tidur enak di mobil dan bangun saat sudah tiba di airport.

Transport terakhir yang dibeli adalah tiket bus dari Nagoya Station menuju Kyoto Station. Saya beli online disini di akhir bulan Oktober untuk keberangkatan Pk. 17.00. Maksudnya supaya kami punya hari ekstra untuk berjalan-jalan di Nagoya (karena semua punya tujuan berbeda), sehingga tiba di Kyoto Pk. 19.00 malam kami bisa langsung makan malam dan jajan. Jadi sampai akomodasi tinggal pilih kamar, gantian, mandi, santai-santai dan tidur. Rencananya begitu sih, tapi manusia berencana Tuhan menentukan lain. Karena pada akhirnya kami harus meninggalkan hotel Nagoya subuh-subuh, di tengah rintik hujan (kaya pelem dah), masih gelap dan laparrrrr 😆 Another drama is coming!

Dari bulan Maret - April, saya mulai menyusun itinerary. Belajar dari pengalaman pertama bawa rombongan, saya gak mau stress tapi sedikit egois 😁 Jadwal saya bikin tidak terlalu padat dan ada keleluasaan buat yang lain untuk berjalan-jalan sendiri, freetime! Otherwise semua harus ikut jadwal saya hahaha Pada akhirnya saya tetap menyusun jadwal yang membahagiakan saya dulu tapi tetap memikirkan mereka yang first timer untuk mengunjungi tempat-tempat yang pasaran tapi yang saya juga suka hohoho Dan ternyata ini memang lebih stress free, karena semua sepakat, semua ngikut, dan kalau misah semua juga senang gak ada yang keberatan. Amen! 😇

Ini yang saya beli untuk perjalanan wisata kita:

* Tiket JR Kansai Wide Area Pass 5-day seharga JPY 10.000 yang saya beli melalui OTA menjadi Rp 1.265.040,- 
* Daytrip Shirakawago - Takayama dari Klook seharga Rp 1.098.535,- Kenapa saya memutuskan ambil daytrip? Untuk menghemat waktu. Karena kalau naik kereta harus ganti-ganti dan jalan kakinya jauh. Bisa-bisa gak dapat semua tempat karena habis waktu di kereta dan bus. Paket ini sudah termasuk makan siang buffet di sebuah hotel bintang 4. Good deal kan? 

Hanya itu yang saya beli sejak dari Jakarta, karena sisanya tiket-tiket masuk tempat lain langsung beli di lokasi ataupun banyak yang gratis juga. Semua sudah saya perhitungan dalam budget, sehingga sejak awal saya sudah info ke peserta lainnya berapa uang YEN yang harus dibawa untuk mencukupi biaya makan standard, ongkos keliling, jajan dan tempat wisata yang perlu tiket. Iya, saya selalu begini supaya tahu harus tukar duit berapa sebelum berangkat. Untuk oleh-oleh dan jajan di airport biasanya saya pakai kartu kredit, tapi itu juga sudah di budget-kan.

Begitulah cara saya jalan-jalan. Jalan-jalan sendiri, berdua, maupun bersembilan ya caranya begitu. Ribet? Buat saya sih nggak, karena jadinya saya gak pernah tekor secara uang maupun waktu. Sudah pasti gak semua nya bisa berjalan 100% lancar seturut rencana, tapi paling tidak saya gak buang waktu kebingunan mau kemana abis ini? Mau ngapain besok? Mau makan dimana? Duh, duit masih cukup gak ya? Ha, baru 3 hari udah pake duit segini banyak? No no no! Gak begitu aja selalu ada drama kok. Beneran loh... tungguin aja ceritanya 😁 


No comments: