Friday, July 28, 2023

Life is but fleeting moments...

It's almost the 8th month of the year, more than half a year passed with small happiness, re-connections, and a heartache. When I looked back and pondered, I felt like saying "Hey, I survived! What's coming?". I wouldn't say that it's been an easy 7 months, but I can say that God has been amazing. He's there with me even in the smallest events of my life.

The most painful moment would be when I lost my cousin to cancer. She was diagnosed in the beginning of February, had a surgery in March, colostomy in April, hemodialysis in early May and left us all in the 3rd week of May. 4 short months. Even now when I remember her, I kinda wonder if it's all real and she's really gone. I kept opening our whatsapp conversations, the last one was after her birthday in April. I still don't have the heart to delete the messages and her contact from my phone... but at the same time I could remember how relieved I was to see her pretty face again in the coffin, like she had never gone through those painful 4 months. I know it's God's way in telling me that she's doing okay now and without pain. Forever gone, forever missed.

Talking about work is talking about how life is really unpredictable. When the company started the new business last year we didn't think it would take-off so fast, so big! And suddenly everyone's been busy and gets busier every month. And when you're busy, time flies. Sometimes I really wonder where those 7 months have gone πŸ˜… Amazing that we're on our way to open a 2nd branch before the end of the year, and soon the 3rd branch in the 1st quarter of 2024. I don't even know more than half of the employees anymore LOL In case anyone is wondering, the company opens an animal hospital. Come and check it out if you have pets πŸ˜‰
Website link here and Instagram link here.

When it comes to July, then it's about birthday. You know what's different this year? No one sends a birthday cake πŸ˜‚ Finally everyone got the message. Instead, I got shoes, a bag, many Uniqlo tops, bath salts, everything I needed and enjoyed. Not to mention that in July 17th Uniqlo also released a new Naruto UT Collection for the 20th anniversary since the 1st Naruto collection. Of course, this made it to my birthday wish list that my friend happily fulfilled 😎

Photo belongs to Uniqlo and I only got the yellow one. The red one will follow shortly LOL Sorry Kakashi Sensei, I had yours from the previous collection :)

More importantly, I'm blessed through all the messages, phone calls, video calls and prayers sent! πŸ’–πŸ’• You know who you are. Trust me, they all mean just as much as the material gifts I have received. Not to mention lunches, dinners and food sent that I gained almost 2kg from eating 2 meals a day for almost 2 weeks straight! πŸ˜‚πŸ˜‚ Now it's time to loose weight again, not yay πŸ˜“ Eh? Now I just realized that there were 2 tiny cakes on my birthday lunch! But of course, there were enjoyed together so I didn't really feel guilty πŸ˜‰

So what I'm looking forward to before the end of 2023? There are some small events coming up, but the family holiday in September is definitely the most excited one! I mean, we were supposed to go in 2020 but you all know what happened to the world for 2.5 years πŸ˜’ Crossing my fingers that the weather will be great and no typhoon, please 🌞🌟 Until then, let's go on a diet so I can eat whatever I want during the trip 😜

Wednesday, November 2, 2022

Alone, not Lonely

23 October 2022 marked my first year of living by myself in my own tiny apartment. Hurray!

Jadi gimana rasanya tinggal sendirian? Well... it takes some getting used to, but I survived. 3-4 bulan pertama masih sibuk beli-beli barang yang belum lengkap, masih sibuk beberes karena mendadak pinggiran jendela bocor lah, nat keramik pada lepas lah, adaaaaa aja. Tapi setelah itu semua beres, ya sudah, jadi betah di rumah dan suka males keluar kecuali ada urusan atau ada yang mau di beli 😊 Eh tapi banyak mengandalkan belanja online juga deng LOL

Ini penampakan jalan masuk apartment di bulai Mei 2021, belum semua unitnya siap untuk ditempati.

Disinilah ketemuan sama marketing person-nya sebelum diajak lihat-lihat keliling.

Apa yang bikin betah? Salah satunya adalah karena punya tipi! πŸ˜‚Iya sodara-sodara, udah lama banget gak punya tipi waktu di rumah yang lama karena berbagai alasan. Saat fit-out apartment dan menjelang pindah, cari-cari TV ke toko elektronik. Tadinya sempat mikir mau beli yang 36" aja, toh saya juga gak suka nonton lama-lama. Tapi pas cek harga, lihat barang, loh kok harganya gak beda jauh sama yang 42" ya? Ya sudahlah, beli yang 42" aja. Pas di pasang di apartment, reaksi pertama adalah: "Ha! Gede amat!" Apalagi apartment saya cuma ukuran studio. Tapi lama-lama jadi menikmati... karena bisa jelas baca subtitle yah karena selama ini nontonnya di HP 😝

Hal kedua yang bikin betah adalah, punya water heater! Bisa mandi air panas tiap pagi, termasuk kalo lagi capeeeeek dan pulang kantor pinginnya buru-buru istirahat, gak perlu nunggu-nunggu masak air di kompor dulu πŸ˜‰Tinggal buka baju, masuk kamar mandi, buka keran, legaaaaaa rasanya LOL Beneran loh, dulu kalau lagi sakit, kadang gak sabar nunggu masak air saya ambil air panas dari dispenser! πŸ˜‚πŸ˜‚ Daaaan, saya bisa berenang kapan aja saya mau. Kolam renangnya emang gak terlalu besar sih, tapi cukup buat saya yang gaya berenangnya yang penting maju aje hahaha Awal tinggal disana suka kesal, karena sering rame dengan anak-anak, tapi akhirnya tahu juga waktu dan jam yang pas. Kalau akhir pekan saya lebih sering berenang pagi, antara jam 7-8am.. jam paling rame itu jam 10 - 2pm. Setelah itu sepi karena bocil-bocilnya bobo ciang, mulai rame lagi jam 4pm onwards. Kalau bisa pulang kerja lebih cepat, saya kadang berenang jam 6.30pm... cuma kalau jam segini gak bisa lama-lama nongkrong di pinggir kolam yah, dingin πŸ˜₯

Penampakan area swimming pool dari show unit di lantai 5, bukan dari unit saya :)

Oh iya, did I mention about the mini park with some cute animals? 6 bulan pertama saya senang kesana walaupun banyak nyamuk, kadang olahraga Sabtu pagi, jalan-jalan aja sambil liatin love birds dan maksa mereka bersuara LOL Tapi lalu pekerjaan stasiun LRT berlanjut dan jalan menuju taman jadi becek, banyak beton-beton bangunan, dan banyak pekerja konstruksi berkeliaran! Jadi sudah 6 bulan saya gak jalan-jalan ke situ. Mungkin nanti kalau stasiun LRT sudah selesai, tamannya jadi rapi lagi. Nah, inilah alasan utama saya memilih apartment ini, stasiun LRT!! Yes, apartment ini bagian dari proyek besarnya Adhi Karya, LRT City. Kalau LRT sudah beroperasi, saya bisa ngantor naik LRT... gak macet berjam-jam di jalan lagi, gak nangis kalo hujan dan stuck di jalanan sampai 3 jam (kebelet p**is pula!), dan kalau telat bangun tidur rasanya telatnya pun masih bisa di tolerir karena udah jelas durasi perjalanan dari apartment ke kantor 😜 Bantu doa ya supaya LRT bisa cepat selesai dan ber-operasi supaya saya bisa bangun siangan tiap hari... ROFL

Love Birds nya banyak loh!

Iguana besarnya ada 2, tapi yang 1 lagi selalu musti dicari baru keliatan. Yang ini hobi nangkring disini sih kayanya LOL

Yang paling bikin budek kalo kesini.

Lalu semuanya baik-baik aja gitu selama tinggal di apartment? Nggak juga... Mengalami 2x menegur penghuni lain (unit persis di sebelah dan persis di atas unit saya) karena fit-out unit di luar jam yang ditentukan pengelola. Ini cukup seru sih, karena penghuni lain sekitar saya itu sebenarnya juga merasa terganggu, tapi cuma berani lapor security aja. Security juga menegor penghuni tersebut ya seadanya, maklumlah kita punya budaya sungkan ya. Apalagi penghuni sendiri... gak enak kan mau menegor. Perlu di ceritain gak nih? Cerita aja ya... pingin cerita sih πŸ˜‚πŸ˜‚

Kasus menegor pertama: Unit persis diatas saya. Jadi sudah hampir 2 minggu unit tersebut berisik nya bukan main... kita maklumi lah, namanya juga fit-out. Tapi lalu di luar jam operasional pun masih berisik. Saya sempat mengadu ke TR (Tenant Relations) beberapa kali. Sempat anteng, tapi lalu berlanjut. Tibalah di satu akhir pekan dimana saya kebetulan memang gak ada acara apa-apa, tapi sangat perlu istirahat karena kurang tidur. Peraturan fit-out adalah Senin - Jumat sampai Pk. 17.00 sedangkan Sabtu sampai Pk. 14.00, Minggu tidak diperbolehkan ada pekerjaan apapun. Sampai jam 3 sore masih ribut dak duk dak duk (sepertinya renov kamar mandi). Saya komplen, 30 menit kemudian di info, bahwa pekerjaan ini diperlukan, minta ijin sebentar. Saya bilang OK, saya kasih waktu sampai jam 5 sore. Eh ndilalah, sampai jam 7.30 malam masih berisik! Akhirnya saya turun ke lobby saking kesalnya dan langsung lapor ke security. Of course mereka gak enak kan, dan bilang akan info ke penghuni di atas. Tapi saya sudah emosi, saya bilang: "Nggak mau! Bapak sekarang juga temanin saya ke atas, karena dari siang sudah cape saya komplen!"

Sampai lantai atas, awalnya security pura-pura bego: "Bu, kayanya gak ada yang kerja deh." sambil celingak celinguk. Lucky me, di depan pintu unit yang (harusnya) letaknya persis di atas saya, ada sepasang sandal jepit buluk parkir. Ha! Berarti ada tukang di dalam, masa itu sendal tenant nya? Kita pun berjalan ke depan unit daaaaaan kedengeran dong dari luar bunyi getokan-getokan keras! Security mukanya udah malu... langsung saya ketok pintunya. Ketokan pertama, bunyi berisik berhenti, tapi gak ada yang bukain pintu. Saya ketok lagi lebih keras, akhirnya di buka sedikit pintunya sama cowok bercelana pendek. Langsung saya semprot tanpa tedeng aling-aling! Dengan sopan tentunya, gak teriak-teriak ya, tapi saya tegaskan Anda sudah mengganggu dan bekerja di luar jam yang ditentukan, sudah ditegur tapi tidak mau berhenti. Lalu dia dengan santai bilang: "Iya iya ini udah mau kelar kok!" Saya balas: "Gak bisa, berhenti sekarang! Saya gak mau nunggu kelar! Sekarang juga!" Setelah dia tutup pintu, saya masih tungguin di depan pintunya... saya mau pastikan tukangnya benar-benar berhenti kerja. Akhirnya sukses saya tidur dengan tenang malam itu 😁 Eh tapi pernah juga dia sempat berisik lagi malam2 di atas kamar mandi... saya udah males komplen, saya ambil tongkat kain pel dan saya gedor keceng plafon kamar mandi. Kaget kali dia ya, langsung anteng LOL

Kasus menegor kedua: Unitnya persis di sebelah kanan saya. Jumat malam sampai jam 11pm masih berisik... saya pun keluar unit dan menegor. Rupanya lagi pasang furniture. Saya bilang saya terganggu dan ini sudah di luar jam fit-out. Mungkin karena memang sudah larut, dia jadi sadar kalau dia salah. Sekitar 10 menit kemudian gak terdengar suara lagi. Tapi hari Sabtunya, dari pagi sudah berisik sampai jam 4 sore gak kelar. Dan banyak tukang yang keluar masuk, sehingga selasar lantai kami jadi kotor. Saya ketok lagi, cowok yang sama keluar... Early 20s, kulit putih, rambut model talang air, pakai celana pendek kedodoran. Saya tegur lalu dia menjawab dengan bahasa Inggris: "Show me the rules!" Beuh, ngajak berantem ni anak. Saya jawab: "Then you may check with TR downstairs if you don't believe me." Eh belon kelar, dia jawab lagi: "You're the one who complains, then you should show me the rules!" Eaaaaaa, untungnya karena sering komplen TR pernah WA saya aturan fit-out, saya balik ke unit, ambil HP, buka WA, tunjukkin aturannya di depan muka si bocah! Langsung mingkem. Eh aneh juga, semalem saya komplen dia pake bahasa Indonesia kenape sekarang jadi bule? πŸ˜…πŸ˜ Gantian tukangnya yang belain: "Saya udah dapet ijin kok dari TR, boleh kerja!" Gak pake nunggu 2 detik saya tanya dengan santai: "Oh ya, siapa namanya yang kasih ijin? Saya langsung turun sekarang samperin ke bawah untuk cek dan komplen kenapa dapat ijin di luar jam kerja?" Mingkem lagi. Dengan demikian, berakhir lah drama komplen ke tetangga.

Ngomong-ngomong soal tetangga, ada penghuni yang berinisiatif untuk bikin WAG. Kebetulan orangnya tinggal di unit persis depan saya. Rupanya kalau ketemu penghuni lain di elevator atau di taman, dia suka minta nomor telepon dan di add ke group. Kadang-kadang bisa seru juga sih, saling bertukar tips soal peralatan di apartment sampai rekomendasi pembersih/service AC, masang mesin cuci, transport alternatif ke kantor. Problem paling besar adalah masalah air mineral galon dan tabung gas. Di apartment memang ada yang jual air mineral galon, tapi gak jelas kapan ada dan gak ada orangnya! πŸ˜‚ Jadi ada yang ke pasar dekat apartment, ada yang ke In**maret Klik (walaupun pada kesal minimal belanja 50ribu), ada yang galon sekali pakai brand Le Mi***al pesan di Ast*o... sampai sekarang belum ada sih solusi yang lebih baik dari In**maret Klik nampaknya. Saya sendiri kadang bawa galon kosong + troli di mobil, kalo pas lewat tempat yang jual ya turun dan beli aja. Sedangkan urusan gas, saya gak nyimak, karena tidak pakai kompor gas di unit πŸ˜…

Satu tahun itu beneran gak terlalu terasa loh setelah di jalani. Apalagi disertai excitement mengatur my own space in my own pace. Awalnya saya pikir bisa gak sih tinggal sendiri? Bukan takut, bukan sama sekali... tapi saya terlalu terbiasa mendengar suara orang lain disekitar saya setiap saat. Seperti kata pepatah, bisa karena biasa. Akhirnya terbiasa juga hidup sendiri. Alone, but not lonely. Karena adik dan adik ipar pun masih suka berkunjung (apartmentnya cuma 15 menit dari rumah), ada yang nginep sesekali, kalau mau naik juga suka ngobrol dengan Bapak-bapak Security di lobby yang (hampir) selalu memanggil saya dengan nama bukan hanya "Bu" atau "Mbak". Mereka baik loh, pertama kali token listrik habis ada yang naik bantu ngajarin saya cara mengisi token listrik πŸ˜‚maklum yah, di rumah lama masih meteran belum menggunakan token.

Well, cheers to my first year of living alone and years to come 🍷🍻

Friday, March 25, 2022

JAPAN TRIP 2019: Kyoto dan sekitarnya



Minggu, 13 Oktober 2019

Setelah drama kabur dari Nagoya hari sebelumnya, seisi rumah bangun cukup pagi karena sudah kebanyakan tidur LOL Kami cukup excited melihat ramalah cuaca hari ini dan cerahnya langit saat melongok keluar jendela. Jadi setelah mandi dan sarapan bareng kami pun langsung capcus menuju Kyoto Station dimana Mrs G & Mr H akan bergabung. 

Target perjalanan kami hari ini semua berada dalam 1 area yang bisa di jangkau dengan berjalan kaki (walaupun jadi berkilo-kilo sampai kaki kencang). Tujuan kami adalah: Kiyomizudera - turun melalui Ninenzaka/Sannenzaka menuju Higashiyama - jalan lurus menuju Yasaka Shrine - rest stop dan late lunch di Maruyama Park - terakhir menyeberang ke Gion. Berhubung saya sudah pernah menjalani rute ini sebelumnya, saya tidak banyak berfoto atau mengambil foto. Tapi saya cukup kaget melihat banyaknya perubahan dari daerah ini. Semakin banyak tempat komersial sehingga cukup padat, tapi keramaiannya masih tetap sama :) 

Dari Kyoto Station kami cukup naik bus 1 kali nomor 100 atau 206 dan bisa berhenti di halte Gojo-zaka atau Kiyomizu-michi. Dari halte bus, kira-kira jalanan menanjak sekitar 10 menit (normalnya, tapi karena kami orang Indonesia yang jarang jalan kaki jadi hampir 20 menit, apalagi di tambah berhenti di toko-toko yang jual souvenir πŸ˜‚). Sampai di pintu gerbang, kami berpencar dan saya memilih bersantai minum orange juice di sebuah kedai. Bolehlah saya masukkan foto dari perjalanan sebelumnya ya biar bisa lihat kaya apa Kiyomizudera dan sekitarnya.

Kiyomizudera adalah salah satu kuil yang paling ramai di Jepang dan ditambahkan ke dalam daftar UNESCO World Heritage Site pada tahun 1994. Kuil tersebut terkenal dengan struktur kayunya yang dibangun tanpa menggunakan paku. Pemandangan dari atas deck-nya pun sangat bagus terlebih lagi saat perayaan illumination yang biasanya jatuh di tengah-tengah musim gugur. Saat mulai gelap lampu-lampu menyoroti pepohanan sekitar kuil yang sudah berubah warna menjadi kuning/merah.

Maret 2012. Beginilah gerbang masuknya, gak pernah sepi, mungkin kalau datang jam 7 pagi baru bisa foto sendiri, tapi belum bisa masuk LOL

Detail ornamen pada atap. (2012)

Pemandangan yang selalu berubah sesuai musim nya. Kalau musim semi biasanya cakep dengan daun-daun yang mulai menguning/memerah. (2012)

Setelah menghabiskan 1 gelas minuman dingin dan belum ada tanda-tanda akan berkumpul saya pun berjalan turun ke deretan toko-toko yang ada di bawah. Tujuan saya cukup jelas, mau beli gelang beads yang sama persis dengan yang saya beli saat berkunjung di tahun 2014. Saat itu saya membeli sepasang namun 1 gelang tersebut putus dalam perjalanan ke Singapore di bulan Juni 2019, sedangkan sisanya saya lihat nampaknya akan mudah putus juga karet di dalamnya. Entah kenapa saya sayang sekali gelang itu walaupun harganya murah hanya JPY 100/buah, jadi pingin beli yang sama persis. Saya menyurusi jalan perlahan-lahan sambil berharap toko itu masih ada. Ketemu! Bahkan harganya pun masih sama 😭 Serasa menemukan harta karun, saya girang banget dan gelangnya langsung dipakai.

Setelah mendapatkan gelang, saya turun lagi kebawah untuk menuju toko Yojiya, mau membeli refill face mist-nya. Passsss banget dalam perjalanan itu isi botol tinggal setengah. Kebetulan teman-teman mulai WA mau berkumpul kembali. Akhirnya saya kasih petunjuk untuk bertemu di Yojiya, sekalian saja karena tokonya dekat dengan Ninenzaka Sannenzaka. Seperti biasa, tangga ini gak pernah sepi sama orang naik-turun, tapi terus terang dibandingkan saat saya berkunjung di tahun 2012 dan 2014, pengunjung di tahun 2019 jauh lebih ramai! Jadi akhirnya agak malas juga mau jalan santai.

Tahun 2012, termasuk sepi sih ini.

Salah satu "tempat baru" yang ramai di kunjungi orang di daerah ini apalagi kalau bukan gerai kopi Starbucks! Kenapa bisa rame? Karena tempatnya menggunakan rumah lama yang masih tradisional, bahkan tempat duduknya pun lesehan. Sebelum berangkat, kayanya beberapa dari kita cukup excited mau ngopi disini. Tapi setelah sampai disana dan lihat harus antri segala, pada akhirnya cuma saya sendiri yang masuk dan beli kopi, walapun akhirnya take-away πŸ˜… Dan apakah sebagus itu? Well, relatif ya... Memang bagus sih, tapi sempit! 

Beginilah penampakkannya. Jadi gak susah nyari emang, saat jalan turun ke bawah pasti langsung kelihatan logonya.

Jadi saat kita masuk, kita harus melewati taman kecil dan antri. Area antrian di kasih pembatas supaya tertib. Setelah pesan kita langsung berjalan melalui sebuah selasar untuk menuju tempat pick-up pesanan kita. Tempat pesan dan pick-up di pisah.


Ini tempat pick-up nya. Kecil kaaaan? Tapi lumayan deh sambil nunggu bisa lihat taman di belakang πŸ˜€

Setelah ambil minuman kita gak bisa keluar dari jalan yang sama seperti kita masuk. Kita harus naik tangga dulu ke lantai atas, nah di atas lah tempat duduk-duduk sambil minum! Kalo kita gak minum di tempat, maka kita harus terus melewati area tersebut ke ujung satunya lagi menuju ke... tangga turun! Sampai di bawah sudah dekat pintu keluar, ya udah tinggal keluar aja LOL Jadi ya memang take-away aja ribet ya. Saya memang tidak mengambil gambar di lantai 2 karena saat itu cukup ramai dan padat. Rasanya gak enak mengambil gambar orang yang gak dikenal dalam jarak dekat hahaha

Namun saya senang sekali, kali toko favorit saya masih ada. Toko apa itu? Toko yang menjual merchandise dari film-film animasi Ghibli! Cari toko juga gampang sekali, karena ada boneka Totoro di depannya dan sederetan patung-patung jizo.

Saya ingat peluk-peluk boneka ini rasanya pingin bawa pulang hahaha (2012)

Ini patung Jizo besar. (2012)

Kalau ini taman di belakang toko. Magical ya! Serasa di negeri Ghibli!

Yang pernah ke Jepang mungkin cukup familiar dengan patung Jizo, apalagi yang suka mengunjungi kuil. Biasanya berderet di sepanjang jalan menuju kuil. Patung ini dibuat dari image Jizo Bosatsu yang konon dewa pelindung anak-anak dan traveller. Saya suka sekali memandangi patung Jizo karena rupanya yang friendly. Selain mampir toko Ghibli, kami mampir beli Korokke yang harganya gak berubah sejak pertama saya kesana, JPY 200/buah. Dan as always, gak cukup makan 1, musti beli 2 πŸ˜‚

Sesungguhnya saat itu semua udah mulai kelaperan karena memang udah lewat jam makan. Tapi dari sekian banyak restoran yang ada di area ini entah kenapa semua gak ada yang bisa sepakat mau makan disana. Kecuali Mr. H & Mrs. G yang memutuskan lunch disekitar situ, akhirnya kami semua lanjut berjalan. Saya ingat ada resto kecil yang makanannya enak di Maruyama Park. Kami masih sempat beli cemilan di toko snacks di Higashiyama. Sayangnya, snacks kesayangan yang 2x saya beli disitu sebelumnya saat itu gak ada, hiks... Dan akhirnya begitu tiba di Maruyama Park saya agak-agak ngarep bahwa resto yang pernah saya kunjungi masih ada (mengingat banyak perubahan di tempat lain, nanti diceritain lagi) karena kalau gak ada kasian dong yang lain bisa sakit maag! Ternyata... masih ada!!! Karena saya udah kebanyakan beli cemilan di sepanjang jalan, saya keburu kenyang. Tapi karena cape jalan, saya akhirnya jadi pesen kakigouri dan duduk sambil selonjoran sementara yang lain makan di dalam kedai kecil tersebut.

Asli, Kakigouri ini enak banget! Segar!

Kelihatan gak ada burung bangau di atas batu di tengah-tengah situ? Sebenarnya ada satu lagi tapi gak kefoto.

Ada Mallard / Wild Duck juga... kalo liat aslinya lebih cakep loh!

Sebenernya sih pingin banget yah explore Maruyama Park, naik terus ke atas, tapi tiap sampe situ selalu kondisinya udah cape πŸ˜… jadi akhirnya langsung lanjut menuju ke Yasaka Shrine. Sesungguhnya menurut saya gak ada yang special juga dari tempat ini, tapi kebetulan begitu keluar dan nyeberang jalan kita sudah sampai di Gion. Saat kami sampai tempat ini cukup crowded tapi kami beruntung sekali karena saat itu sedang ada pernikahan di kuil dengan adat shinto! Wah, saya excited banget bisa lihat iring-iringan pendeta shinto, miko dan tentunya pengantin yang pakai shiromuku 😍😍 




Saya sendiri udah cape banget sesungguhnya hahaha dan akhirnya disinipun gak lama ya. Kita rame-rame keluar bareng, foto-foto di pinggir jalan di seberang Gion. Eh, sempet juga sih jalan-jalan di sekitar Gion yang banyak berubah juga lorong-lorongnya. Sekitar jam 6 sore kita naik kereta kembali ke Kyoto St. dan setelah mondar-mandir cari makanan, sepakat makan di Sukiya. Dan malam itu semua tidur dengan nyenyak karena cape seharian jalan berkilo-kilo meter.

Herannya, walaupun sudah beberapa kali kesini kenapa belum bosen ya? πŸ˜…


Tuesday, September 14, 2021

Perjalanan Tak Terduga Saat Pandemi

Di saat pandemi mulai melanda di awal tahun 2020, saya masih merasa "Ah, paling hanya sekitar 3 bulan juga kelar." Lalu di akhir bulan September saat maskapai penerbangan me-refund tiket untuk perjalanan November, saya menerima kenyataan bawah ternyata pandemi in bisa berlangsung sangat lama, lebih lama dari yang saya bayangkan sebelumnya. Tapi saya tetap memperpanjang passport di bulan yang sama, bukan karena "siapa tahu bisa pergi" tapi mumpung imigrasi juga sepi, merasa lebih aman. Dan kali ini pun saya apply untuk e-passport, supaya bisa dapat visa waiver dari negara matahari terbit. Selain perjalanan ke Jepang di bulan November 2020 yang bubar, rencana perjalanan ke Taiwan di bulan Mei 2021 otomatis berhenti sampai rencana aja. 

Sebenarnya sih sedih banget harus batal perjalanan ke Jepang, karena ini pertama kalinya saya mengajak adik dan ipar untuk berlibur jauh bersama. Mereka pun sudah excited sekali, mau lihat Gunung Fuji, mau foto sama patung Hachiko, mau makan ramen favorit saya, dan banyaaaaak banget maunya! Tapi yang paling bikin mellow bukan saat tiket saya di refund, tapi saat saya harus cancel rumah sewaan di Tokyo πŸ˜‚ Rumahnya 2 lantai, rumah tradisional, walaupun dekat dengan Haneda (yang artinya agak jauh dari pusat kota), tapi hanya 1 kali naik kereta ke/dari airport Haneda. Ideal banget kan!

Di bulan April 2021, ada yang menyarankan untuk re-apply US Visa. Loh buat apa? Saya kan gak ada rencana buat ke US, not even in the next few years! Apalagi saat berkunjung di tahun 2011 saya kehilangan passport disana dan pulang dengan berbekal SPLP (Surat Perjalanan Laksana Paspor). Saya pikir, haduh bisa ribet ini nanti di tanyain macem-macem. Eh tapi setelah dipikir-pikir, gak ada salahnya juga ya punya visa US, kali-kali dalem waktu 5 tahun ada kesempatan pergi atau mendadak pengen. Apalagi ditawarin akomodasi gratis kalau ingin berkunjung. Apalagi katanya mumpung lagi gampang karena sepi. Ya udah deh, mengisi aplikasi dengan jujur, ngaku pernah visit sekali, hilang passport disana juga, isi alamat tujuan juga dengan alamat orang yang menyarankan apply visa... Lalu di hari interview, yang lama itu proses antri di depan aja. Interviewnya sendiri paling cuma 1 menit. Kira-kira begini:

πŸ‘¨ : Why do you want to go?
πŸ‘© : Someone invited me and I thought why not, I can't go to any other part of the world anyway.
πŸ‘¨ : *ketawa* So where are you staying?
πŸ‘© : XXX's apartment. For free.
πŸ‘¨ : So you've been in the US before, when was it?
πŸ‘© : Summer 2011.
πŸ‘¨ : Ok, cool. You will get a notification when your passport is ready. Have a nice trip!
πŸ‘© : *bingung, udah gitu doang?* Thank you! *lalu melipir keluar*

5 hari kemudian dapat notifikasi surel kalau visa sudah jadi dan passport akan dikirimkan (karena saya pilih untuk dikirim saat mengisi aplikasi). Seneng dong yah, udah punya visa, dilihat-lihat, senyum-senyum, terus passportnya di simpen lagi di lemari sambil berharap semoga sebelon expire bisa kepake visanya πŸ˜… 

Awal bulan Mei udah terima THR dong... eh ada yang telpon dari US. Awalnya cuma nyuruh sesuatu, ujungnya: "Kesini aja mumpung saya ada disini!" Lalu saya kaya orang bego: Ha? Serius? Eh tapi ini masih pandemi loh! Eh tapi gak bisa kemana-mana gak tahu sampe kapan! Eh tapi ribet gak sih? dan "eh tapi eh tapi" lainnya... eh tapiiiii begitu balik kantor (pas di telpon saya di luar kantor) saya langsung buka portal nya Singapore Airlines, cek penerbangan, hubungi orang yang di US, sepakat tanggal nya, dan langsung beli tiket! There goes my THR! Sekedar lewat... πŸ˜‚πŸ˜‚ Yang lebih aneh, waktu saya beli tiket, harga tiket kelas ekonomi jauh lebih mahal di banding kalau kita ambil 1 way-nya premium economy. Tentu saya pilih yang pulangnya dengan premium econ, ga mau rugi lah. Seminggu kemudian saya dapat notifikasi bahwa pesawatnya ganti dan diminta menghubungi maskapai untuk re-issue tiket. Sempat bingung, kenapa musti re-issue ya kalau hanya ganti pesawat aja? Ternyata oh ternyata, penerbangan mereka semua hanya available untuk kelas Business dan Premium Economy, jadi tiket saya pun di upgrade gratis PP dengan kelas premium economy LOL Bahagiaaa! Karena kursi kelas PE ada foot-rest nya, jadi pinggang saya yang renta ini bisa selamat πŸ˜ 

Pada awalnya, sebelum pergi agak-agak niat mendokumentasikan proses penerbangan dengan serius dan baik, secara ini musim pandemi looooh, pasti beda kan. Pada akhirnya gak tercapai juga. Selain banyak keribetan proses transit, ditambah bawa backpack besar yang isinya portable monitor dan mini PC (supaya bisa WFH juga dari sana, tapi jadi beraaaaat), aduh sudahlah! Kalo niat atau inget foto ya foto, kalo nggak ya nonton aja. Cukup cerita-cerita ke orang terdekat apa bedanya proses penerbangan dan suasana transit, bahkan sambil sok-sok-an sedih memandang keluar jendela saat berjalan menuju boarding gate dan kirim pesan WA ke sahabat: "Finally in SIN tapi gak bisa ketemu huhuhuhuhu" halahhhhh!😌 Ow, sedihnya gak bo'ong loh, karena ada 2 teman dekat di sana yang biasanya ketemu paling tidak 1x setahun tapi ini sudah hampir 2 tahun cuma WA aja. Rindu acara curcol sambil makan-makan enak dan ngakak-ngakak gak jelas karena apa... CiPon and Momma Irene I miss you!! -- intermezzo

Anyway, mungkin saya bisa berbagi sedikit gimana proses penerbangan ya? Jadi saya terbang dari Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta dan pada saat check-in, kita wajib menyerahkan dokumen-dokumen ini selain passport:

1. Print-out hasil PCR negatif maksimal 72 jam sebelum keberangkatan dari Lab/Rumah Sakit yang terdaftar di sebagai Lab resmi di Kemenkes. Bisa di cek disini. Hasil PCR harus ada QR Code-nya yang akan di-scan dengan HP untuk mengecek keabsahannya oleh petugas maskapai. Saya membawa hasil PCR dari Bumame Farmasi. Penumpang di counter sebelah membawa hasil PCR yang tidak ada QR Code nya sehingga petugas maskapai harus menelpon dulu ke Lab tersebut untuk konfirmasi keaslian hasil PCR. Salah sendiri ye gak baca aturan dengan teliti!

2. Form Passenger Disclosure and Attestation to The United States of America yang sudah diisi dan ditanda-tangani. Pada dasarnya ini hanya formulir pernyataan bahwa kita bebas Covid-19 atau sudah dinyatakan sembuh selama minimal 3 bulan oleh lembaga kesehatan (kalau ini di tambah surat pernyataan resmi dari lembaga kesehatan terkait). Ini juga banyak penumpang yang gak bawa loh! Jadi harus di print dulu oleh petugas, disuruh isi, ttd. Jadi lama kan? 

Suasana lengang di Terminal 3 Bandara SoeTa

Entah bagaimana, saat menunggu boarding pass saya dibilang kena random check ("Ini biasa kok Bu, gak usah cemas, bisa terjadi sewaktu-waktu sama siapa aja." Begitu kata petugas sambil tersenyum) dan prosesnya agak lama sehingga saya hanya di beri boarding pass CGK- SIN, untuk boarding pass SIN - SFO akan diberikan di boarding gate katanya. Baiklah, maka saya pun berjalan menuju area keberangkatan. Ada petugas yang memeriksa passport dan boarding pass, lalu masuk menuju area pemeriksaan imigrasi, tinggal cari gate dan menunggu. Suasana airport? Sepiiiiiii sodara πŸ˜… Gak ada keramaian orang ketawa-ketawa atau ngobrol... semua mukanya serius, kebanyakan hanya terbang sendiri atau ber-dua, ada 2 pasangan yang membawa bayi. Rasanya kaya nunggu kereta terakhir menjelang tengah malam ROFL Lagi duduk menunggu nama saya dipanggil dan petugas di gate menyerahkan boarding pass SIN - SFO.

Penerbangan CGK - SIN sangat berbeda dari biasanya, bahkan tidak sampai 1/3 dari bangku terisi. Oh iya, masker wajib di gunakan di seluruh airport dan dalam sepanjang penerbangan, kecuali saat makan/minum. Selama di udara rasanya sepiiii saya juga males mau nonton ya apalagi cuma pendek waktunya. Ya sudahlah saya baca novel yang sudah di download di HP. Tiba di SIN sedikit lebih cepat dari jadwal, tapi proses keluar pesawatnya yang lama. Penumpang tidak boleh langsung turun seperti biasanya.

Yang pertama dipanggil keluar adalah penumpang yang memang tujuannya hanya sampai Singapore. Saya lihat hanya 2 orang yang berjalan keluar (1 dari kelas bisnis, 1 dari ekonomi). Sampai beberapa saat di panggil lagi lalu di sebut bahwa dalam daftar seharusnya ada 11 orang yang tercatat stop disana. Setelah berulang kali di panggil, gak ada yang jalan keluar juga. Akhirnya FA pun keliling menanyakan orang-orang siapa yang perhentiannya di Singapore. Dapet deh 9 orang lainnya, dan semua orang Indonesia! 😠 Entah gak ngerti Bahasa Inggris kah (pengumuman dalam Bahasa Inggris) atau ngantuk, tapi mereka bikin kita yang udah siap mau keluar jadi tertunda.

Bagian kedua yang dipanggil keluar adalah penumpang transit kelas Business. Dan terakhir penumpang sisanya. Begitu keluar pesawat, ternyata selain penumpang yang memang stop di Singapore semua sudah berbaris di luar. Ada petugas airport yang membantu proses keluar pesawat ini selain flight attendant / FA Kita diminta berbaris "in one straight line" lalu dipasang gelang transit. Sempat lama juga disini karena masih ada 1 penumpang yang gak keluar-keluar. Penumpang lain mulai gelisah karena jadi lama berdiri kan, apalagi saya yang bawa backpack berat, pegel cuy! Petugas yang bertugas membawa kami ke tempat transit pun berteriak bertanya kenapa dia belum boleh jalan? Eh petugas yang di dalam keluar dan bales berteriak (panjang barisan dari depan ke belakang lumayan juga yah, karena hanya 1 line), "There's one lady who's missing an earring, the stewardess are helping her to look for it!" Langsung pada asem deh muka penumpang yang sudah antri di luar LOL Setelah si penumpang terakhir keluar akhirnya kita semua berjalan rame-rame menuju transit area, baris dan antri lagi di Skytrain, pindah terminal, baris lagi dan melanjutkan jalan sampai ke transit area yang saat itu masih sepi. Selama berjalan pindah terminal semua orang nampak takjub celingak-celinguk melihat Changi Airport yang gelap dan kosong. Banyak yang merekam maupun mengambil foto airport sampai jalan ketinggalan dan di panggil untuk 'speed up please' dan 'please stay on the line', saya memilih jalan dengan tertib aja. Setibanya di transit area kami di info boarding 1 jam sebelum penerbangan dan nanti dipanggil lagi untuk menuju gate keberangkatan.


Begini penampakan gelang transitnya. Beda pesawat beda warna.

Mengantri Skytrain dengan tertib, berdiri pada tanda bulatan kuning yang disediakan.



Se-sepi ini transit area-nya pada saat saya masuk.

Nangkring disini sambil chat dan nonton video biar gak bosen.

Sebelum penerbangan, sudah ada yang info supaya saya bawa cemilan di tas, karena di transit area isinya cuma vending machine πŸ˜‚ Ya akhirnya cuma bawa coklat Chic-choc 2 bungkus, agak males juga kan ya musti buka-buka masker kalo ngemil. Tapi ternyataaaaaaa kita bisa delivery order! Hahahaha walopun sebenernya gak laper-laper amat (karena sempet makan di penerbangan CGK - SIN), ya akhirnya saya order Burger juga, just to try out the service *makhluk kepo*

Kapan lagi coba bisa delivery makanan di dalam airport πŸ˜€

Tinggal Scan QR Code, pilih resto yang available (seingat saya cuma ada 5 atau 6 yang buka dari T1-T3), bayar (menggunakan kartu kredit), dan tunggu. Kita akan menerima konfirmasi order melalui alamat email yang kita masukkan saat memesan dan dalam konfirmasi order ada nomor order. Pesanan akan diantar ke pintu masuk transit area, dan petugas akan memanggil nomor order kita.

Makan hasil delivery order. Semua di masukkan ke dalam container dan di bungkus saran wrap.

Oh iya, kalau kita sampaikan ke petugas mau merokok nanti petugas mengumumkan di transit area, siapa yang mau merokok silakan berbaris bareng-bareng, nanti petugas mengantarkan ke smoking area. Ditungguin deh selama merokok, kalau semua sudah selesai, di bawa balik lagi ke transit area LOL Saking keponya saya sempat menghitung berapa orang yang mau merokok, saat itu hanya 10 orang.

Setelah menghabiskan makanan hasil delivery order saya ke toilet untuk mandi (pakai disposable wash cloth yang mengandung alkohol), berganti pakaian dalam, cuci muka, sikat gigi, ganti masker, maklum penerbangan selanjutnya ber-durasi 15.5 jam, kalau fresh semua lebih nyaman. Jarak waktu sejak mendarat sampai penerbangan berikutnya adalah sekitar 5.5 jam. Tapi gak terlalu berasa ya, karena ada proses jalan ke transit area dan 1 jam sebelum penerbangan selanjutnya sudah boarding lagi. Tapiiii begitu keluar toilet saya cek jam. Loh, sepertinya seharusnya sudah menuju boarding gate nih, kok belum di panggil ya? Jalanlah saya ke pintu masuk dan cek... ternyataaaa rombongan penerbangan SIN - SFO sudah mulai berjalan menuju ke boarding gate!! Halah!! Mungkin dipanggil saat saya di dalam toilet, jadi gak dengar. Untung juga saya bukan satu-satunya yang ketinggalan, tapi petugasnya santai, katanya belum terlambat jadi gak perlu lari-lari.

Seperti biasa begitu tiba di boarding gate penumpang harus melewati pemeriksaan metal / bagasi sekali lagi. Bedanya dengan masa pre-pandemi adalah setelah melalui pemeriksaan kita tidak perlu duduk dan menunggu penerbangan, melainkan langsung berjalan masuk pesawat. Saya duduk paling depan, dan sederetan itu semua kursinya kosong dari ujung ke ujung. Satu kabin PE isinya gak sampai 15 orang.

Karena harus menggunakan masker terus selain saat makan, gak ada 1 penumpang pun yang ngemil dalam pesawat selain saya, males kali buka-buka masker 😁 Saya pun ngemil karena (yang pernah travel dengan saya pasti tahu) gak bisa tidur sepanjang 15+ jam penerbangan itu, sementara penumpang yang lain molor dengan sukses. Saya cuma baca, main game di HP, geser kanan, geser kiri... pas keluar dari lavatory, saya tanya ke FA: "Can I have some snacks, please?" FAnya kaya girang gitu akhirnya ada yang minta snacks, dikeluarin dong 1 tampah LOL Saya bilang cuma mau kacang aja, saya ambil 1 bungkus. Eh malah diambil seraup dan dikasih ke saya: "Take them, there's a lot." Bwahahaha lumayan deh di kantongin 😜 Oh iya, makanan selama penerbangan kayanya gak ada perubahan seperti masa pre-pandemi yah.

Penerbangan CGK - SIN. Spicy Beehoon, Pandan Cake. Karena bihunnya enak (rasanya pedas asam) saya pilih ini lagi dalam penerbangan SIN - CGK.

Penerbangan SIN - SFO, Dinner Menu. Es krim Vanilla nya enak banget.

Penerbangan SIN - SFO, Breakfast Menu. Ini enak semua, abis loh saya makannya.

Setibanya di SFO, gak ada keribetan dalam proses keluar pesawat, normal aja. Antrian imigrasi juga gak lama, mungkin karena terbatas pesawat yang beroperasi dan mendarat disana, tidak seperti biasanya. Total waktu sejak saya turun pesawat sampai keluar pintu airport sepertinya tidak sampai 30 menit. Begitu keluar pintu, terkena hembusan angin dingin sambil nunggu di jemput, baru deh sadar: "Hah! Gua nyampe juga disini! Berhasil juga keluar kandang di masa pandemi! Oh wow!" πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚

Ternyata banyak cerita dari perjalanan kali ini yang memakan waktu 1 bulan lebih termasuk karantina saat kembali ke Indonesia. Bertemu orang-orang tidak terduga, kenalan dengan teman baru, bisa merasakan bernafas di alam terbuka tanpa masker, pokoknya I feel so blessed beyond measure! Saya percaya saya bisa melakukannya karena berkat Tuhan. Apakah saya gak kerja selama disana? Kerja dong, ya kali bisa cuti sebulan gak kerja sama sekali πŸ˜… Dalam seminggu pasti ada beberapa hari WFH, dan waktunya disesuai kan dengan jam kerja kantor yang di Jakarta. Jadi biasanya saya kerja sekitar Pk. 22.00/23.00 (tergantung pulang jalan-jalan jam berapa😁) sampai Pk. 01.00 - 02.00 (kalau ini tergantung kerjaannya).

Begitulah ceritanya... apakah perlu dilanjutkan dengan cerita karantina hotel saat pulang yang bikin mati gaya? ROFL Semoga teman-teman bisa bepergian juga sebelum pandemi berakhir... nampaknya banyak yang sudah bepergian domestik ya? Semoga teman-teman lain yang belum sempat bepergian karena berbagai macam alasan bisa cari kegiatan berarti juga di rumah. Have fun!

Thursday, March 18, 2021

Nama Panggilan dan varian-variannya.

 

Istirahat dulu dari cerita jalan-jalan. Nggak, nggak lupa kok, masih lengkap catatannya. Tapi makin sering nulis cerita jalan-jalan, makin gatel pingin bikin itinerary. Padahal gak tahu kapan bisa jalan-jalannya dan mau kemana juga sih πŸ˜‚ Di jeda dulu sama yang lain.

Jadi soal nama ini ya... hmmm, orang-tua (tepatnya Papi saya) kasih nama yang cukup panjang, walaupun 2 kata di belakang itu berkaitan dengan marga. Tapi anehnya cuma saya yang dikasih marga di Akta Lahir, padahal saya perempuan. Adik saya yang laki-laki gak dipake-in marga loh di Akta Lahir nya! Padahal untuk orang Batak itu anak laki-laki kan kan kayanya wajib banget ye sebagai penerus warga. Emang Papi suka aneh juga nih. Tapi berhubung nama saya lebih panjang ini yang suka bikin ribet kemana-mana. Padahal banyak yang saya tahu namanya lebih panjang dari saya.

Pada akhirnya, nama panggilan saya pun jadi banyak. Dari nama depan, nama tengah, beserta varian-varian-nya yang bernada sayang sampe gak jelas πŸ˜… Sampe kadang saya suka mikir, ini saya dipanggil begini awalnya gara-gara apa ya? 😁 Gak cuma bikin bingung, tapi pernah bikin rumit juga di imigrasi, ribet lah! Coba kita lihat, seberapa norak dan pernah seribet apa sih? Sampai-sampai suatu waktu Pak Boss pun dulu pernah nanya setelah terima telpon: "Sebenernya nama panggilan kamu ada berapa sih?" LOL

Sumbernya dulu nih, nama lengkap sesuai Akta Kelahiran: Tresia Juliette Kristin L***** T*****. Iya, sengaja 2 kata terakhir di bikin *** emang. Karena gak pernah jadi nama panggilan 😌

Dikasih nama Tresia dari kata Treize alias 13 dalam bahasa Perancis, karena saya lahir di tanggal 13 dan Papi sempat tinggal Perancis cukup lama sebelum menikah. Juliette karena well, Romeo & Juliet tentunya, Puji Tuhan hidup saya tidak tragis πŸ˜… Kristin karena nama Opung Boru atau Ibu dari Papi adalah Kristen.


Kristin - Titin - Ithin - Kitin 

Jadi sedari kecil orang tua saya memanggil dengan sebutan Kristin. Begitu juga dengan saudara-saudara. Karena kalau di singkat manggilnya jadi, "Tin!" Akhirnya menjadi Titin, Ithin, Kitin, tapi gak beda jauh lah ya? Nama Kristin terus jadi panggilan sehari-sehari di rumah, gereja, selama saya bersekolah di SD dan di lingkungan keluarga. Jadi kalau ada orang ketemu di jalan dan manggilnya salah satu dari varian ini, bisa di pastikan dia kenal saya dari kecil atau kenalnya dari saudara atau di lingkungan gereja. Masih bisa di bedakan.


Juliette - Etet

Seumur-umur, nama ini cuma 1 orang pake buat manggil, Kakak kelas saya di SMA dalam ekstrakurikuler yang sama. Entah kenapa waktu dia tahu nama tengah saya lalu manggilnya jadi begini, asal nyomot. Padahal gak ada loh teman yang nyebut saya begitu. Bahkan setelah dia lulus dan sekolah ke luar negeri, sempat beberapa kali kirim kartu pos yang di buka dengan, "Halo, Etet!" πŸ˜‚ Nggak ada apa-apa kok antara saya dengan dia, beneran! Cuma seneng cerita yang lucu-lucu aja. Bukan curhat-curhatan juga malah. Sayangnya, sudah gak pernah ketemu lagi. Gak berhubungan di medsos juga. Mungkin suatu hari lucu juga kalo saya lagi jalan lalu tiba-tiba ada yang manggil, "Etet!" Nah, ketemu deh!


Tresia - Tres - Tresi - Tere - Ter

Saya bersekolah di SD swasta lalu melanjutkan ke SMP Negeri. Disini semua siswa harus memakai papan nama dan saya harus membiasakan diri dengan nama depan saya, Tresia. Saking gak biasanya, pernah loh teman sekelas saya panggil-panggil tapi saya gak nengok, lalu saya dibilang sombong 😒 Padahal cuma gak kenal nama sendiri πŸ˜‚ Akhirnya saya sering banget ngeliatin papan nama di dada dan mengingatkan diri sendiri, "Tresia loh, Tresia... namanya sekarang Tresia!" Di SMP saya sempat suka menulis untuk mading alias majalah dinding, yang mungkin anak sekarang gak ada yang tahu lagi apaan tuh? Sana di-googling, punya kuota kan? Atau tinggal klik aja link di atas.

Ya tentu saja varian-variannya juga berupa singkatan. Tres dan Tresi kebanyakan saat SMP. Dan karena Tresia agak jarang di banding Theresia akhirnya jadi banyak yang mendekkin jadi Tere, dan kalau buru-buru jadi Ter. Ini kebanyakan terjadi saat kuliah. 


Tresia - Tre - Tore - Tore-chan

Ini mungkin varian nama panggilan versi 20 tahun-an terakhir 😁 Jaman lagi heboh-hebohnya F4 dan banyak gaul dengan teman-teman dari fandom Mando-Pop maupun J-Pop, nama panggilan saya mulai berubah menjadi Tre. Saat itu K-pop belum terlalu heboh sih, tapi saya sudah menjadi penggemar Shinhwa. Gak ada hubungannya tapi dibahas ya, penting! 

Lalu karena semangat nonton anime dan mimpi pingin ke Jepang menggebu-gebu, saya pun les Bahasa Jepang bersama beberapa teman lainnya. Karena orang Jepang tidak bisa menyebut 2 konsonan berurutan, maka nama panggilan saya berubah dari Tre menjadi Tore. Dan karena saya perempuan, ditambahkan sapaan -chan di belakang, menjadi Tore-chan. Di tahun-tahun berikutnya setelah saya akhirnya mampu berkunjung ke Jepang dan memiliki banyak teman orang Jepang, nama panggilan ini semakin melekat bahkan yang bukan orang Jepang pun menyapa saya dengan nama itu.

Ada cerita lucu sih, suatu saat saya bertemu dengan ibu teman saya untuk pertama kalinya. Setelah itu teman saya cerita mamanya tanya nama saya siapa? Dia jawab, "Tore-chan." Mamanya terkejut dan membalas: "Ha! Kok cakep-cakep (cieeeee) namanya Tokecan!" πŸ˜΅πŸ˜‚ Tapi akhirnya saya jadi dekat dengan Mama nya loh, malah Mama nya suka telpon saya di HP kalau lama gak ketemu (tinggal di luar kota). Senyum saya langsung merekah kalau angkat telepon, baru bilang halo lalu ada suara: "Tore-chan, ini Mama Yxxxxx!". Walaupun harusnya malu, kan mustinya saya yang telpon duluan ya πŸ˜€

Nama panggilan Tore-chan pula yang sering membuat saya dikira masih muda (atau mungkin saya yang keGRan, bisa jadi juga). Mungkin karena sounds childish? Entahlah. Tapi adik sepupu bikinin saya account twitter (setelah saya bilang males bikin, loe aja bikinin kalo mau... eh beneran di bikinin πŸ˜†) dengan handle name ini. Dan waktu mau bikin account IG, saking males mikirnya ya udah disamain aja LOL Begitulah asal mula kepopuleran Tore-chan 😎 


Tre - Tree - Tri - Trey - Tray

Ini varian dari mana? Varian nama panggilan yang di kasih barista gerai kopi St**b**ks! πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚ Heran loh, padahal saya seringkali mengeja nama yang hanya 3 huruf itu kenapa bisa jadi macem-macem ya? Mungkin para baristanya cukup imajinatif. Gak apalah, yang penting pesanan saya gak salah.


Masalah saat traveling

Nama saya yang panjang itu, waktu pertama kali bikin KTP, oleh Kelurahan disingkat menjadi Tresia JKL T*****. Lalu saat bikin paspor saya tulis Tresia Juliette Kristin. Di profile kantor nama saya disingkat menjadi Tresia Kristin, demikian pula kartu kredit dan wahana pembayaran lainnya.

Sewaktu saya bepergian ke Amerika Serikat tahun 2011, saya kehilangan paspor di Anaheim. Saya pun akhirnya bikin surat kehilangan paspor di kantor polisi setempat dengan membawa fotocopy paspor yang hilang (minta dari hotel, karena saat kita check-in paspor harus di copy). Keesokan harinya saya harus terbang kembali ke San Francisco untuk pulang ke Indonesia beberapa hari kemudian (setelah membuat SPLP - Surat Perjalanan Laksana Paspor, tentunya). Check-in dilakukan di mesin dan saat mau masuk tempat menunggu boarding saya menunjukan surat kehilangan paspor dan fotocopy paspor.

Disinilah keribetan terjadi karena pemeriksaan TSA yang sampe 3 orang bergantian. Di tanya bagaimana bisa hilang, kira-kira hilang dimana, kok punya copy paspor yang hilang, kenapa terbang ke San Francisco, dan segala macam pertanyaan lainnya. Lalu saatnya saya membuktikan identitas, mereka minta identitas diri lainnya. Saya keluarin KTP dan bilang, "This is my Indonesian ID." Ya KTP kita saat itu kan cuma kertas di laminating doang, belon e-KTP seperti sekarang, petugas melengos aja minta pengenal lain πŸ˜‚ Kasian deh gak laku KTP nya.

KTP gak laku, keluarin kartu kredit. Di tanya kenapa namanya cuma 2 suku kata. Saya tunjukin 3 buah kartu kredit dengan nama yang sama. Petugas terakhir sepertinya jabatannya paling tinggi, nanyanya paling anteng, gak berasa kaya interogasi, tapi sama juga masih curiga dengan KTP dan kartu-kartu kredit yang namanya gak ada yang sama. Lalu tiba-tiba saya ingat, sepertinya saya bawa SIM deh (padahal gak sengaja, wong mana berani nyetir disana kan ya). Akhirnya terakhir saya keluarin SIM Indonesia, namanya sama dengan KTP tentunya. Horeeee! Saat itu SIM sudah ber-hologram! Baru deh di bolak balik, lalu di angkat ke arah cahaya, di terawang dengan sebuah alat yang di tempelkan ke matanya, dan akhirnya sukses! Saya boleh melewati petugas dan masuk ke area boarding dengan di beri ucapan: "Have a good day and safe flight, Ma'am." 😭😰 Legaaaa... 

Begitulah sodara-sodara... kadang punya nama panjang tapi tidak disingkat dengan benar pun bisa jadi masalah. Bukan hanya dengan benar, dengan tepat juga sih harusnya.

Jadi, kalau kalian punya berapa banyak nama panggilan? Pernah ada kejadian aneh juga kah akibat nama? Cari temen.... πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚